TEMPO.CO, Washington - Pemimpin News Corp, Rupert Murdoch, akhir pekan lalu mengkritik Presiden Amerika Serikat Barack Obama melalui akun jejaring sosial Twitter. Kemarahan Murdoch dipicu penolakan pemerintahan Obama mendukung dua rancangan Undang-Undang Antipembajakan.
“Obama memilih mendukung tuan-tuan Silicon Valley yang mendukung pembajakan dan pencurian,” demikian Murdoch bercuit. Dalam akunnya, Murdoch juga menuding Google sebagai pembajak utama, membayar jutaan dolar Amerika untuk lobi.
Sebelumnya, pihak Gedung Putih menegaskan tidak mendukung beleid Stop Pembajakan Online (SOPA) dan Perlindungan Properti Intelektual (PIPA). Sebab, banyak pihak menilai aturan ini justru menghalangi kebebasan berekspresi di Internet dan hanya menguntungkan perusahaan Amerika.
“Kami sangat menyadari peningkatan pembajakan via online oleh pengguna dari luar negeri. Tapi kami tidak bisa mendukung upaya legislasi yang akan menghalangi kebebasan berekspresi, menyebabkan risiko kejahatan dunia maya meningkat dan menekan dinamika Internet global,” kata tim hak cipta dan pakar dunia maya pemerintah, Victoria Espinel, Aneesh Chopra, serta Howard Schmidt, dalam pernyataan bersama di blog Gedung Putih.
Pernyataan ini dinilai merugikan perusahaan-perusahaan perfilman yang berbasis di Hollywood, seperti Time Warner Inc. “Pembuatan film sangat berisiko. Jika beleid ini diberlakukan, sangat menguntungkan bagi para aktor, penulis skenario, dan pekerja film lain,” Murdoch menambahkan.
Rancangan aturan yang sedang dibahas oleh parlemen Amerika Serikat itu didukung oleh Asosiasi Film Amerika dan serikat pekerja film. Namun aturan tersebut ditentang keras oleh perusahaan berbasis teknologi macam Google dan Facebook.
LOS ANGELES TIMES | NEW YORK TIMES | WASHINGTON POST | SITA PLANASARI A