TEMPO.CO, Jakarta - Produsen pakan ternak PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk kembali menerbitkan obligasi senilai Rp 250 miliar. Penerbitan surat utang kali ini merupakan kelanjutan penerbitan obligasi dari tahap I tahun lalu sebesar Rp 1,25 triliun.
Dalam keterangan tertulisnya kepada Bursa Efek Indonesia, manajemen Japfa mengatakan obligasi yang diterbitkan pada tahun ini memiliki tingkat bunga tetap 9,9 persen. Dari total penerbitan obligasi berkelanjutan Rp 1,5 triliun, 50 persen dananya akan digunakan untuk belanja modal. Sedangkan 33,33 persen atau sekitar Rp 500 miliar digunakan melunasi penerbitan obligasi tahun 2007. "Sisanya digunakan membiayai modal kerja perseroan," demikian kutipan keterangan yang dirilis Selasa, 17 Januari 2012.
Obligasi tahap I dan II ini memiliki jangka waktu lima tahun atau jatuh tempo pada 12 Januari 2017 dan 1 Februari 2017. Manajemen perseroan juga mengatakan, kedua obligasi tersebut akan dibayarkan setiap tiga bulan sekali, masing-masing pada 12 April dan 1 Mei tahun ini.
Penjamin pelaksana emisi obligasi berkelanjutan Japfa tahap II ini adalah PT Bahana Securities dengan wali amanat PT Bank CIMB Niaga Tbk. Obligasi tahap II ini meraih izin efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) pada 29 Desember 2011 dan mulai ditawarkan pada 27 Januari 2012 dengan masa penjatahan pada 30 Januari 2012. Sementara, tanggal pencatatan obligasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) diagendakan 2 Februari 2012.
Tahun ini perseroan telah menyiapkan belanja modal hingga Rp 900 miliar. Dana itu berasal dari obligasi berkelanjutan serta kas internal perseroan. Rencananya dana itu akan digunakan untuk pengembangan sarana produksi pada divisi perunggasan sebesar 90 persen dan budidaya perairan sebesar 10 persen.
Dengan proyeksi itu, perseroan berharap pendapatan akan mencapai Rp 17 triliun, naik 13 persen dari target tahun 2011 di angka Rp 15 triliun dengan kontribusi terbesar diberikan oleh divisi perunggasan. Sementara laba bersih diharapkan bisa mencapai Rp 1 triliun, meskipun 2011 lalu laba bersih perseroan diprediksi turun karena kelebihan pasokan anak ayam.
JAYADI SUPRIADIN