TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan riset dan konsultan bisnis Frost & Sullivan memperkirakan bisnis kargo udara akan tumbuh paling tinggi dibandingkan dengan moda transportasi logistik lain tahun ini. "Perluasan fasilitas dan kapasitas bandara di Indonesia demi meningkatkan pasar kargo udara," kata Vice President Transportation & Logistics Practice Frost & Sullivan Asia Pasifik, Gopal R, Selasa, 17 Januari 2012.
Gopal memprediksi bisnis kargo udara akan tumbuh 5,7 persen menjadi 920 ribu ton pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu. Menurut dia, empat bandara utama di Indonesia, yakni Soekarno-Hatta, Juanda, Ngurah Rai, dan Polonia, menyumbang 47, 2 persen volume kargo tahun lalu. Di antara keempatnya, proporsi Bandara Soekarno-Hatta lah yang paling tinggi. "Mencapai 36 persen dari total volume kargo udara di Indonesia," ujarnya.
Namun, jika dilihat dari sisi volume, bisnis kargo kereta api menduduki nilai tertinggi. Tahun ini diperkirakan volume kargo kereta api mencapai 20,4 juta ton. Angka ini naik 3,6 persen dibanding 2011 yang mencapai 19,7 juta ton.
Menurut Gopal, kargo yang diangkut melalui jalur kereta api di Jawa sebagian besar terdiri atas bahan bakar minyak, pupuk, semen, batubara, dan peti kemas. Sedangkan barang yang diangkut di wilayah Sumatera termasuk minyak sawit mentah. Ia memperkirakan pemerintah akan merevitalisasi layanan kereta api barang seiring meningkatnya permintaan akan komoditas Indonesia.
Lebih jauh Gopal menyarankan pengusaha untuk mengembangkan jaringan logistik pusat industri di daerah luar Jakarta untuk meningkatkan akses ke Pelabuhan Tanjung Priok. Kemacetan di Jakarta berakibat pada waktu tempuh yang lebih lama, penundaan pengiriman, serta inefisiensi rantai pasokan.
Selain itu, pemerintah diminta mengintegrasikan pusat-pusat transportasi seperti pelabuhan laut, bandar udara, terminal, dan pusat-pusat distribusi dengan jaringan transportasi. "Semua itu demi mengembangkan infrasuktur logistik yang terbaik agar terjadi efisiensi distribusi," katanya.
ROSALINA