TEMPO.CO , London - Kapten kapal pesiar Costa Concordia, Francesco Schettino, 52 tahun, dianggap terlalu lamban dalam melaporkan kejadian yang menimpa kapalnya. Dia terlalu lamban membunyikan tanda bahaya ketika para penumpang sudah menelepon polisi dengan telepon selulernya.
Bahkan ketika penjaga pantai mengubungi Schettino melalui radio untuk menanyakan apa yang terjadi, dia malah mengatakan kapal nyaris mengalami kerusakan listrik.
Baru pada pukul 22.30 waktu setempat, atau satu jam setelah kapal menabrak karang, sang kapten akhirnya minta pertolongan. Keterlambatan itu menyulitkan evakuasi dengan sekoci karena kapal sudah telanjur miring ke kanan.
Jaksa di Italia akan menyelidiki apakah Schettino menunda proses evakuasi karena dia tak ingin mengakui berlayar terlalu dekat dengan pantai. Dia juga menghadapi tuduhan telah menentang perintah penjaga pantai untuk kembali ke kapal guna mengawasi evakuasi setelah dia menyelamatkan diri dengan sekoci, sementara ratusan orang masih berada di kapal.
Direktur perusahaan Costa Cruises, Pier Luigi Foschi, menyalahkan sang kapten atas tragedi itu. Menurut dia, Schettino telah menyimpang dari rute yang telah disetujui. Dia dituding telah membawa kapal berbobot 114.500 ton itu berlayar di dalam radius 137,16 meter dari garis pantai untuk menghormati kepala pelayan, Antonello Tievoli, yang keluarganya tinggal di Pulau Giglio.
“Antonello menelepon dan berkata kami harus melihat dari jendela sekitar pukul 21.30. Sebab, dia akan berada di kapal yang akan melintas persis di sebelah Giglio dan kami harus melihatnya. Semua kapal melakukannya, tapi mereka tidak pernah lewat sedekat itu,” ujar ayah Antonello, Giuseppe, seperti dikutip The Telegraph, Senin, 16 Januari 2012.
Antonello diundang ke anjungan ketika kapal sudah melintas di dekat pulau. “Kemari dan lihatlah, Antonello, kita persis berada di depan Giglio,” kata Schettino. Dia menyadari kapal terlalu dekat dengan batu karang. Dia berkata kepada Schettino, “Awas, kita terlalu dekat dengan pantai.”
Namun peringatan itu sudah terlambat. Sekitar pukul 21.40 para penumpang mendengar “rintihan mengerikan” ketika kapal sepanjang 304 meter itu robek dan kabinnya menjadi gelap karena listrik padam.
“Suara itu sungguh tak dapat dipercaya. Rintihan merupakan gambaran yang sangat tepat,” kata Rose Metcalf, 23 tahun, kata awak kapal dari Wimborne, Dorset, Inggris. “Ada kepanikan luar biasa. Sangat mengerikan.”
THE TELEGRAPH | SAPTO YUNUS
Berita Politik Terpopuler
ABK Indonesia: Air yang Masuk Tak Secepat Titanic
Ini Kisah WNI Penumpang Costa Concordia
SBY Minta Polisi Tak Sedih dan Gundah
Kata Rosa, Angie Minta Duit buat Lobi Banggar
Nazar Bersaudara Juga Punya Sandi dari Rosa
Direktur Kepatuhan Bank Artha Graha Diperiksa KPK
Ini Alasan Rosa Batal Bersaksi Via Teleconference
Andi Mallarangeng Tantang Rosa
KPK Akan Tindaklanjuti Kesaksian Rosa
Demokrat Persilahkan Pengadilan Buktikan Tuduhan Nazar dan Rosa