TEMPO.CO, Utah - Guguran salju yang menutupi hampir seluruh kawasan Park City, Utah, menjadi penanda pembukaan Festival Film Sundance, Kamis, 19 Januari 2012. Selama sebelas hari mendatang, Sundance membetot perhatian pembuat film independen dari seluruh dunia. Tak hanya pembuat film yang berpesta di Sundance, tapi distributor film dan penikmat film pun mendapat kesempatan emas untuk melihat film-film baru yang berpotensi menjadi hits.
"Kamu tidak bisa membuat sebuah film dengan pemikiran bisa masuk festival," ujar Lauren Greenfield, sutradara film dokumenter yang memulai debutnya pada Sundance 2006. Tapi, Lauren melanjutkan, masuk sebuah festival adalah sebuah mimpi yang selalu terngiang-ngiang. "Ketika kamu berpikir tentang Sundance, itu pasti akan membuatmu (kru dan sutradara film) termotivasi."
Pada hari pertama pembukaan, Sundance akan menayangkan film karya Lauren Greenfield berjudul The Queen of Versailles dan Hello I Must Be Going, sebuah film karya aktor yang beralih jadi sutradara, Todd Louiso, tentang hubungan janda 35 tahun dengan remaja 19 tahun. Lalu ada pula film karya sutradara Australia, Kieran Darcy-Smith, berjudul Wish You Were Here serta film besutan sutradara Swedia, Bendjelloul, dengan judul Searching for Sugar Man.
Sundance merupakan tempat "makan siang" bagi film-film yang sudah memiliki distributor, tapi berharap mendapat perhatian lebih dari pewarta film dan blogger yang akan mengulas karya mereka. "Semua pewarta film di Amerika Utara datang ke Sundance untuk menemukan aneka film," ujar Michael Barker, Co-President Sony Picture Classic. Barker dalam pernyataannya di Sundance pun ikut mempromosikan sutradara Lebanon, Nadine Labaki, yang hadir dengan film Where Do We Go Now dan Gareth Evans yang membawa film laga Indonesia The Raid.
Tahun ini tercatat 117 film panjang ikut berpartisipasi. Sebanyak 45 di antaranya merupakan besutan pertama sutradara baru. Film-film yang tampil pada dua pekan ini merupakan hasil seleksi dari sekitar empat ribu film.
AIKENSTANDARD | REUTERS | DIANING SARI