TEMPO.CO, Jambi - M. Syargawi, 33 tahun, warga Desa Sungaipinang, Kecamatan Sungaimanau, Kabupaten Merangin, Jambi, tewas diterkam harimau sumatera (Panthera Tigris Sumatrae). Saat ditemukan, tubuhnya sudah dalam kondisi tercerai-berai.
Awalnya, warga menemukan tengkorak kepala korban yang sudah terpisah dari tubuhnya sekitar pukul 22.00 WIB, Kamis Malam, 19 Januari 2012.
Setelah pencarian dilanjutkan, warga dibantu aparat kepolisian setempat dan Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi akhirnya menemukan bagian tubuh dari pinggang hingga kaki dan bagian tubuh lainnya yang tak utuh lagi di tempat berbeda sekitar pukul 06.30 WIB, Jumat, 20 Januari 2012.
"Kondisi tubuh korban yang berhasil ditemukan sudah cerai-berai dan tak utuh lagi. Korban dipastikan tewas akibat diterkam harimau sumatera," kata Trisiswo, Kepala BKSDA Jambi, kepada Tempo, Sabtu, 21 Januari 2012.
Menurut Trisiswo, kini timnya masih berada di lokasi kejadian. "Kita masih menunggu hasil pantauan tim kita di sana. Bila warga masyarakat setempat masih diresahkan keberadaan harimau tersebut, besar kemungkinan harimaunya akan kita tangkap," ujarnya.
"Saya sendiri berpendapat memang lebih bagus harimaunya ditangkap untuk menghindari hal-hal tak diinginkan lagi. Namun upaya untuk menangkap binatang buas tersebut bukan perkara gampang," kata Trisiswo menambahkan.
Yang pasti, menurut Trisiswo, kejadian ini sebagai akibat dari terganggunya habitat harimau sumatera yang berada di kawasan tersebut. "Di sana kita ketahui sedang terjadi pembukaan lahan hutan tanaman industri karet oleh PT Jebus di kawasan hutan produksi.”
Sementara itu, berdasarkan pengakuan Taufik, 33 tahun, sebelum kejadian, korban bersama beberapa temannya satu desa pergi ke hutan pada Minggu, 15 Januari 2012, dengan tujuan menggergaji kayu di kawasan Desa Nasobaru, Kecamatan Nalotatan. Lokasi itu dapat ditempuh sekitar 3,5 jam dari desa mereka.
Beberapa hari kemudian, rekan korban semuanya sudah pulang ke desa, tapi korban tidak tampak bersama mereka. "Lantas kami curiga. Lalu sekitar pukul 24.00 WIB, Rabu lalu, kami bersama keluarga Syargawi, yakni ayah dan istrinya, menuju lokasi tempat korban bekerja untuk melakukan pencarian," ujarnya.
"Hanya menggunakan peralatan seadanya, seperti lampu senter, baru menjelang subuh kami menemukan peralatan dan pakaian milik korban, seperti celana panjang, parang, dan mesin chainsaw. Berjarak sekitar 30 meter, kami menemukan tengkorak kepala korban.”
Ayah dan istri korban langsung pingsan. "Namun kami malam itu belum menemukan bagian tubuh korban yang lain. Tengkorak korban kemudian langsung dibungkus dan dibawa ke desa kami. Sebagian warga lainnya masih melanjutkan pencarian untuk menemukan bagian tubuh korban lainnya," kata Taufik.
Berdasarkan catatan Tempo, konflik antara harimau sumatera dengan warga di Provinsi Jambi memang sudah sering terjadi, dan korbannya pun mencapai belasan orang.
Peristiwa paling menggemparkan terjadi pada sekitar Maret 2009. Ketika itu, sedikitnya sepuluh warga, terutama di kawasan Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muarojambi, meregang nyawa akibat keganasan binatang langka dan dilindungi ini.
Kejadian serupa terjadi pada sekitar Februari 2011 dengan korban bernama Kitani, warga asal Kebunagung, Pacitan, Jawa Timur. Kondisi jasadnya pun sangat mengenaskan, bagian kepala dan badannya juga sudah terputus. Saat ditemukan warga, tubuh dan kepala korban terpisah dengan jarak sekitar 300 meter.
Saat itu korban bersama tiga temannya sekitar pukul 18.30 WIB mau makan malam, sesudah bekerja membuka lahan perkebunan di kawasan hutan Bayunglincir, daerah perbatasan Provinsi Jambi dengan Provinsi Sumatera Selatan.
SYAIPUL BAKHORI