TEMPO.CO, Jakarta- ASR, korban flu burung kedua di tahun 2012, meninggal pada tanggal 16 Januari 2012. Ia telah mendapat perawatan di RS Persahabatan Jakarta Timur sejak 7 Januari 2012. Namun, pada awal pemeriksaannya, ASR dinyatakan negatif terjangkit virus H5N1 itu. “Kami melakukan pemeriksaan pada tanggal 7, 8, 9 Januari, dan hasilnya masih negatif,” kata Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH pada Jumat, 20 Januari 2012 di kantornya, Kuningan, Jakarta.
Karena ASR masih negatif terjangkit flu burung, menurut Endang, maka ia ditempatkan di ruangan biasa. Namun pada 13 Januari 2012, ASR mengalami sesak napas, dan dilakukan tindakan medis sesuai prosedur. Pada saat itu dilakukan pemeriksaan Polymirasrea Chain Reaction (PCR), ASR dinyatakan positif terinfeksi virus H5N1.
Perbedaan hasil pemeriksaan tersebut karena pada pemeriksaan awal pada ASR, virus yang ada di dalam tubuh ASR tidak kuat sehingga belum terdeteksi adanya virus H5N1. Selain itu, ASR tidak mengalami batuk dan pilek sehingga lendir yang merupakan sampel virus tersebut hanya sedikit. ”Kita ambil spesimen (sampel) dari tenggorok, hidung, anus. Karena dia hanya demam tanpa batuk dan pilek, maka virus yang ada itu tidak kuat,” ujar Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL), Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp(K), MARS, DTM&H, DTCE.
Dengan bertambahnya satu kasus ini, jumlah kumulatif flu burung di Indonesia sejak tahun 2005 sampai 2012 adalah 184 kasus dengan 152 kematian. Salah satu cara menghindari virus flu burung adalah dengan membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Cara PHBS yang paling mudah adalah dengan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di limawaktu kritis. Yaitu, saat sebelum makan, sehabis buang air besar, sebelum menyusui, sebelum menyiapkan makan, setelah menceboki bayi, dan setelah kontak dengan hewan.
MITRA TARIGAN