TEMPO.CO, Yogyakarta- Kain batik dan busana bermotif batik masih menjadi favorit wisatawan yang berbelanja di Yogyakarta. Omzet penjualannya rata-rata naik 30 persen saat liburan panjang akhir pekan lalu.
Menurut Ujun Junaedi, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Beringharjo, omzet penjualan pedagang di musim liburan bisa naik Rp 5 juta hingga Rp 15 juta per hari. Jumlah pengunjung pasar tradisional terbesar di Yogyakarta itu bisa mencapai 130 ribu orang saat libur, sedangkan di hari biasa hanya mencapai 60 ribu orang per hari. Di Beringharjo terdapat 1.000 pedagang busana, diantaranya pedagang batik.
Sri Sundari, 57 tahun, salah satu pedagang pakaian batik mengaku bisa menjual 75 potong pakaian sehari saat libur. Harganya pun bervariasi, antara Rp 25 ribu hingga Rp 300 ribu per potong.
Bahan pakaian yang banyak disukai yaitu bahan dari semi sutra, primisima dan kain lainnya yang bermotif batik cetakan (printing). Sebabnya, harga batik printing lebih murah dan warnanya lebih menyala ketimbang batik tulis. "Kalau yang berbahan sutera asli harganya lebih tinggi, kainnya lebih lembut dan halus," kata dia.
Jenis pakaian batik dijual di area pasar bagian depan di lantai satu. Sedangkan di lantai dua dan tiga pasar itu kebanyakan pedagang menyediakan bermacam busana dari Pekalongan, Solo, Bandung, dan Jakarta.
M SYAIFULLAH