TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman, mengatakan, Partai Demokrat saat ini berada di ujung tanduk. Survei terakhir yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia menunjukkan penurunan elektabilitas partainya secara drastis. Hasil survei tersebut semestinya menjadi pertimbangan Anas untuk mundur dari Ketua Umum Partai Demokrat. "Saya harap itu jadi pertimbangan Anas untuk mengambil langkah mundur atau tidak," ujarnya kepada wartawan di gedung DPR, Rabu, 25 Januari 2012.
Tadi malam Dewan Pembina Partai Demokrat melakukan rapat tertutup di kediaman Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor. Rapat itu dikabarkan membahas penggantian Anas. Alasannya, namanya terus disebut dalam persidangan kasus Wisma Atlet yang melibatkan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, M. Nazaruddin. Selain Anas, nama sejumlah kader Partai Demokrat seperti Angelina Sondakh dan Mirwan Amir juga terus disebut terlibat dalam kasus ini.
Hayono mengatakan, berdasarkan survei LSI terakhir yang diterima partainya, suara Demokrat melorot jauh. Secara nasional, saat ini elektabilitas Partai Demokrat hanya 14 persen. "Turun dari 21 persen," ujarnya. Bahkan elektabilitas Demokrat berada di bawah PDI Perjuangan dan Golkar. "PDIP 19 persen, Golkar 18 persen," katanya.
Hayono menambahkan, untuk lingkup DKI Jakarta saja, survei itu menunjukkan penurunan dari 36 persen tinggal 20 persen. "Untuk detailnya, tanya saja ke Syaiful Mujani," kata Hayono.
Ketua Komisi Pertahanan DPR RI ini mengatakan hasil survei tersebut menunjukkan sebuah anomali. Ini karena hasil elektabilitas Presiden SBY masih tetap kokoh. "Biasanya, kalau presiden naik, partai naik. Kalau presiden turun, partai juga turun. Tapi sekarang partai turun, presiden tetap di atas," ujarnya. Apakah dengan masukan ini Anas hendak undur diri? "Terserah Anas saja," kata Hayono.
FEBRIYAN
Berita Terkait
Dewan Pembina: Anas Mundur Jika Sudah Tersangka
Demokrat: Ada Mekanisme Lengserkan Anas
Mubarok Bantah Demokrat Siapkan Djoko Suyanto
Anas Disarankan Mundur Sebagai Ketua Umum Demokrat
SBY: Kader Demokrat Jangan Saling Menghakimi
Yulianis Bawa Rp 30 Miliar ke Kongres Demokrat