TEMPO.CO, Tangerang - Ro, 18 tahun, pasien terduga flu burung yang meninggal siang ini, diduga terjangkit flu babi. Kepastian ini berdasarkan hasil laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang yang diterima pihak keluarga.
"Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan negatif flu burung, tapi positif H1N1 atau flu babi," ujar Lurah Mekar Jaya, Ahmad Peko, yang mewakili keluarga pasien saat ditemui di rumah duka di Kampung Ciodeng, Rabu, 25 Januari 2012.
Menurut Ahmad, hasil tersebut cukup mengejutkan pihak keluarga dan sampai saat ini keluarga hampir tidak percaya Ro meninggal karena flu babi. "Kabar positif flu babi itu sudah kami terima kemarin, Selasa, 24 Januari, saat Balai Veteriner Bogor mengambil sampel unggas dan babi di Desa Mekar Jaya ini,” kata Ahmad.
Balai Veteriner Bogor dan Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang, kata Ahmad, langsung menyisir babi yang memang banyak dipelihara oleh warga setempat. "Sampai saat ini, hasil pemeriksaan sampel belum dikeluarkan," kata Ahmad.
Sementara itu, Junet, 60 tahun, ayah dari Ro, mengaku belum percaya anak keenamnya itu meninggal karena penyakit flu burung atau flu babi. "Kami tidak percaya jika dia sakit karena unggas atau babi," katanya siang ini.
Menurut Junet, meski mereka memelihara unggas seperti bebek dan ayam, putranya tersebut tidak pernah kontak dengan unggas. "Justru yang sering kontak dengan unggas adalah kakak-kakaknya, dia tidak pernah," katanya.
Meski demikian, kata Junet, ia dan keluarga sudah mengikhlaskan kepergian putranya tersebut. Junet mengaku di lingkungan tempatnya tinggal banyak warga yang beternak unggas dan beternak babi. "Mungkin karena faktor lingkungan," kata dia.
Di Kampung Ciodeng, tempat tinggal Ro, memang banyak warga yang beternak unggas dan babi. Bahkan hampir semua warga di sana memelihara unggas. Begitu pun peternakan babi. Di kampung itu terdapat beberapa warga yang beternak babi. Ternak babi yang paling dekat dengan rumah pasien terduga flu burung itu berjarak sekitar 500 meter.
JONIANSYAH