TEMPO.CO, Jakarta - Keraguan para pelaku pasar terhadap kondisi eksternal, terutama dari kawasan Eropa, membuat rupiah belum mampu menguat lebih jauh. Sebelumnya rupiah sempat tertekan hingga ke 9.200, tapi sekarang berhasil menembus di bawah 9.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Di pasar uang hari ini Jumat, 27 Januari 2012, rupiah kembali melemah tipis 3 poin (0,03 persen) menjadi 8.968 per dolar AS. Di tengah menguatnya mata uang Asia seiring dengan terapresiasinya euro terhadap dolar AS belum mampu dimanfaatkan oleh rupiah untuk menguat.
Pengamat pasar uang dari PT Harvest International Futures, Tonny Mariano, mengatakan masih adanya kekhawatiran terhadap krisis di Eropa membuat sebagian para pelaku pasar masih nyaman memegang dolar AS. “Meskipun, secara fundamental sangat mendukung apresiasi rupiah,” tuturnya.
Bank Sentral AS (The Fed) yang mempertahankan kebijakan suku bunga rendahnya hingga 2014 seharusnya bisa memicu penguatan rupiah. Namun masih adanya kekhawatiran dari faktor eksternal membuat laju mata uang rupiah agak tertahan.
Animo investor berinvestasi dalam mata uang rupiah sangat besar. Hal ini bisa terlihat dari peminat lelang Surat Utang Negara (SUN) Kamis kemarin yang mencapai lebih Rp 50 triliun, dan yang dimenangkan sebesar Rp 10,5 triliun. Tingginya minat investor terhadap obligasi pemerintah tidak terlepas dari membaiknya peringkat Indonesia ke level investment grade (layak investasi) dari lembaga rating Fitch ataupun Moody’s.
VIVA B. KUSNANDAR