Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Divonis 2,5 Tahun, Dharnawati Menangis Histeris

image-gnews
Dharnawati. TEMPO/Seto Wardhana
Dharnawati. TEMPO/Seto Wardhana
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kuasa Direksi PT Alam Jaya Papua, Dharnawati, langsung menangis sesenggukan begitu mendengar vonis yang dijatuhkan hakim untuknya. Dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi DKI, Senin, 30 Januari 2012, terdakwa kasus suap Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) itu diganjar hukuman 2,5 tahun bui dan denda Rp 100 juta.

Begitu palu diketuk Ketua Majelis Hakim Eka Budi Prijatna tanda sidang ditutup, mata Dharnawati langsung memerah. Ia yang mengenakan setelan gamis warna hitam terus menunduk saat menyambangi meja pengacaranya. Namun saat berjalan ke luar ruang sidang dan dicegat wartawan, tangis Dharna tak terbendung.

Ihwal vonis hakim, Dharna tak mau bicara apa pun. Ia malah berhenti di dekat pintu ruang sidang, dan menjatuhkan tubuhnya ke tembok. Di situlah Dharna mulai menangis histeris, meratap, dan meluapkan emosinya. Alhasil, wartawan yang sebelumnya terus mencecar soal putusan hakim, urung mendesaknya lagi dengan pertanyaan.

Salah satu penasihat hukum Dharna, Djaka Sutrasna, menilai hukuman kliennya masih terlalu tinggi, meski jumlahnya di bawah tuntutan jaksa. Dalam sidang 16 Januari 2012 lalu, tim jaksa penuntut umum pimpinan Dwi Aries menuntutnya dengan hukuman bui empat tahun. “Meski vonis di bawah tuntutan, tapi tetap terlalu berat buat dia (Dharnawati),” ujarnya usai persidangan.

Dalam putusannya, hakim menyatakan Dharnawati terbukti melakukan perbuatan sesuai dengan dakwaan kesatu, Pasal 5 ayat 1 huruf b Undang-Undang Pemberantasan Tipikor. Ia dinilai terbukti melakukan tindak pidana korupsi memberikan suap kepada dua pejabat Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebesar Rp 1,5 miliar. Fulus itu diduga uang pelicin proyek DPPID.

Hakim menjelaskan Dharnawati awalnya menyatakan keinginannya  menggarap proyek DPPID di empat kabupaten di Papua, yakni Keerom, Teluk Wondama, Mimika, dan Manokwari. Niat itu muncul setelah Dharna melihat tulisan pada whiteboard di ruang Sekretaris Jenderal Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (P2MKT) I Nyoman Suisnaya, yakni daerah-daerah yang mendapat jatah DPPID.

PT Alam Jaya kemudian memperoleh proyek senilai Rp 73 miliar untuk empat kabupaten. Sebagai kompensasinya, Dharna menyiapkan commitment fee sepuluh persen dari total nilai kontrak. Sebagian dari fee tersebut, yakni sebesar Rp 1,5 miliar, dicairkan Dharna pada 25 Agustus 2011. “Terdakwa kemudian menyampaikan kepada Nyoman dan Dadong Irbarelawan bahwa commitment fee sudah cair,” ujar hakim Eka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah mendengar kabar dari Dharna tentang pencairan fee, Nyoman dan Dadong kemudian memerintahkan pegawai Kemenakertrans bernama Dandan mengambil duit yang disiapkan oleh Dharna. Duit yang dibalut kardus durian itu kemudian disimpan di brankas ruang Sesditjen atas perintah Nyoman dan Dadong. “Dengan demikian unsur memberi sesuatu kepada penyelenggara terpenuhi,“ kata Eka.

Yang memberatkan putusan, perbuatan terdakwa tercela dan melukai perasaan masyarakat serta tidak mendukung upaya pemerintah memberantas korupsi. Sedangkan hal yang meringankan, terdakwa sopan di persidangan, punya tanggungan keluarga, belum pernah dihukum sebelumnya, dan mengakui perbuatannya.

ISMA SAVITRI

Berita lain:
Dharnawati dan Kardus Durian
Dharnawati: Sindhu Malik yang Minta 10 Persen
Dharnawati Divonis Bersalah Sogok Anak Buah Muhaimin
Dhany dan Dharnawati Saling Panggil "Papa-Mama"
Dharnawati Yakin Duit Suap Untuk Menteri Muhaimin
Dharnawati Sebut Duit Rp 1,5 M untuk Muhaimin
Dharnawati Sebut THR untuk Muhaimin Atas Restu Direksi


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Suap di Kemenakertrans, Charles Mesang Dituntut 5 Tahun Bui

24 Agustus 2017

Anggota DPR RI Periode 2014-2019 Charles Jonas Mesang mengenakan rompi tahanan usai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, 31 Januari 2017. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Suap di Kemenakertrans, Charles Mesang Dituntut 5 Tahun Bui

Anggota DPR Charles Mesang dituntut penjara 5 tahun dengan denda Rp 300 juta subsidair 4 bulan kurungan dalam kasus korupsi di Ditjen P2KTrans.


KPK Perpanjang Masa Penahanan Charles Jones Mesang

31 Maret 2017

Ilustrasi Pungutan liar (Pungli)/Korupsi/Suap. Shutterstock
KPK Perpanjang Masa Penahanan Charles Jones Mesang



KPK telah memeriksa Charles Jones Mesang sebagai tersangka dalam kasus di Kemnakertrans itu pada Kamis 30 Maret 2017.


KPK Periksa 5 Mantan Pegawai Kemenakertrans

23 Februari 2017

Ilustrasi Pungutan liar (Pungli)/Korupsi/Suap. Shutterstock
KPK Periksa 5 Mantan Pegawai Kemenakertrans

Mantan lima pegawai Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu diperiksa sebagai saksi dengan tersangka Charles Jones Mesang.


Eks Anak Buah Muhaimin Iskandar Resmi Ditahan KPK

10 September 2015

Dirjen Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (P2KT) Kemenakertrans, Jamaluddin Malik usai menjalani pemeriksaan di Komisi pemberantasan Korupsi, Jakarta, (13/09). TEMPO/Seto Wardhana
Eks Anak Buah Muhaimin Iskandar Resmi Ditahan KPK

Dirjen di Kemenaker ketika Muhaimin Iskandar menjabat Menteri ini ditahan KPK setelah 7 bulan ditetapkan sebagai tersangka.


Nusron Minta KPK Selidiki Pemalsuan Dokumen TKI

12 Januari 2015

Kepala BNP2TKI, Nusron Wahid, menghadiri serah terima jabatan di Kantor BNP2TKI, Jakarta, 28 November 2014. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Nusron Minta KPK Selidiki Pemalsuan Dokumen TKI

Menurut Nusron, sejumlah TKI bisa berangkat menggunakan dokumen palsu.


Neneng Sri Wahyuni Cemburui Angie?

11 Oktober 2012

Neneng Sri Wahyuni. TEMPO/Seto Wardhana
Neneng Sri Wahyuni Cemburui Angie?

Neneng sampai mengancam mogok makan.


Neneng Sri Wahyuni Tolak Teken Surat Penahanan  

10 Oktober 2012

Neneng Sri Wahyuni usai menjalani pemeriksaan di KPK, Jakarta, (24/07). Neneng merupakan tersangka kasus suap PLTS diperiksa sebagai saksi untuk tersangka WNA Malaysia, R. Azmi bin Muhammad Yusof dan Hasan bin Kushi. TEMPO/Seto Wardhana.
Neneng Sri Wahyuni Tolak Teken Surat Penahanan  

Neneng Sri Wahyuni meminta dipindahkan ke Rumah Tahanan Pondok Bambu.


Nazar Kembali Pojokkan Saan di Kasus Korupsi Listrik

3 Oktober 2012

Muhammad Nazaruddin. TEMPO/Seto Wardhana
Nazar Kembali Pojokkan Saan di Kasus Korupsi Listrik

Tidak lama setelah pertemuan, menurut Nazar, Saan menyerahkan uang sebesar US$ 50 ribu kepada Menteri.


Saan Dicecar 7 Pertanyaan Kasus Korupsi Listrik

26 September 2012

Wasekjen Partai Demokrat, Saan Mustofa. TEMPO/Seto Wardhana
Saan Dicecar 7 Pertanyaan Kasus Korupsi Listrik

Saan dicecar mengenai pertemuan pembahasan proyek bersama Nazaruddin dan Menteri Erman Soeparno.


Saan Mustofa Diperiksa Terkait Korupsi Listrik  

26 September 2012

Wasekjen Partai Demokrat, Saan Mustofa. TEMPO/Seto Wardhana
Saan Mustofa Diperiksa Terkait Korupsi Listrik  

Nazaruddin menyebutkan Saan ikut terlibat saat proses pembahasan anggaran proyek listrik tersebut.