TEMPO.CO, Jakarta - Pemilu 2014 masih lama, namun sejumlah pengamat dan partai politik sudah mulai mencari-cari kandidat yang cocok "dilamar" menjadi calon presiden atau wakil presiden. Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara, pun tak luput jadi incaran.
Namun, bekas wartawan Tempo ini mengaku tak masuk kategori yang berniat maju dalam Pemilihan Presiden 2014 nanti. Bahkan, posisinya sebagai Menteri Badan usaha Milik Negara saat ini tak membuat Dahlan kepincut naik ke jabatan tertinggi di pemerintahan. "Enggak mau. Saya enggak mau maju," kata Dahlan dalam perbincangan santai dengan Tempo, Senin, 6 Februari 2012." Itu sama saja membahayakan diri saya"
Membahayakan? Apa yang membuat Dahlan berpikir seperti itu? Kata Dahlan, dunia politikus saat ini sarat cibiran. Dahlan ogah, saat dia lagi pingin kerja keras untuk membenahi urusan badan usaha milik negara, langkahnya tersendat gara-gara cibiran. Akibatnya, Dahlan tak lagi bisa bekerja maksimal seperti selama ini. "Kalau saya sebut-sebut itu (jadi calon presiden), nanti dikira saya kerja keras selama ini karena ada maksudnya," kata Dahlan.
Jika ada orang berpikir seperti itu, Dahlan mengaku akan merasa sedih hati. "Daripada orang mencibir dan saya enggak bisa kerja all out, mendingan enggak usah." ujarnya.
Benarkah cuma itu alasan Dahlan emoh ikut bursa pencalonan presiden? Ternyata tidak. Alasan lain karena ia tidak berafiliasi dengan satu partai pun. Seseorang memang bisa maju menjadi calon presiden tanpa perlu bergabung dengan partai tertentu, yakni melewati jalur independen. "Tapi tidak ada sejarahnya calon independen bisa menang. Jadi, kalaupun ada yang dukung, saya enggak mau," katanya.
Dahlan berpendapat jika jabatan tertinggi dalam hidupnya bukan menjadi presiden atau pejabat negara setara menteri. Jabatan tertinggi bagi dia adalah menjadi orang bebas tanpa memangku satu jabatan tertentu. "Sebetulnya setelah PLN itu, saya berencana tiga tahun setelahnya menjadi orang bebas," ujar Dahlan.
Lelaki kelahiran Magetan, 17 Agustus 1951, itu memulai kariernya sebagai calon reporter pada surat kabar di Samarinda, Kalimantan Timur. Setahun kemudian, 1976, Dahlan bergabung dengan majalah Tempo sebagai wartawan. Kariernya terus menanjak sejak mendirikan surat kabar Jawa Pos pada tahun 1982. Di dunia pemerintahan, Dahlan mulai berkecimpung pada 23 Desember 2009 sebagai Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara dan menjabat posisi Menteri Badan Usaha Milik Negara di 19 Oktober 2011.
CORNILA DESYANA
Berita Terkait
Dahlan Iskan Slametan Rumah Baru
Yasinan Pertama di Rumah Dinas Dahlan Iskan
Begini Kiat Dahlan Ubah Pola Pikir Karyawan BUMN
Dahlan Iskan: Wirausaha 5 Tahun = 50 SKS
Dahlan Pertimbangkan Pengalihan Deposito BUMN
Dahlan Iskan Akan Bikin 'Pesantren' di Pabrik Gula
Tahun Naga Air, Dahlan Iskan Diramal Kian Moncer