TEMPO.CO, Jakarta - Pulihnya euro kembali di atas US$ 1,31 membuat dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah terhadap mata uang utama dunia. Imbasnya, tekanan dolar AS terhadap rupiah juga mengendur, sehingga rupiah berhasil menguat.
Nilai tukar rupiah dalam transaksi pasar uang hari ini, Selasa, 7 Februari 2012, ditutup menguat 36 poin (0,4 persen) menjadi 8.953, dari posisi sebelumnya di 8.989 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Lindawati Susanto mengemukakan euro yang terdepresiasi di bawah US$ 1,31 membuat rupiah sempat melemah hingga menyentuh level 9.000 per dolar AS. Namun pulihnya euro mampu dimanfaatkan oleh mata uang Asia, termasuk rupiah, untuk berbalik menguat.
Adanya lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif Rp 8 triliun serta masuknya Bank Indonesia ke pasar mampu mendorong apresiasi rupiah. Fundamental ekonomi Indonesia sebenarnya masih sangat mendukung rupiah. “Namun karena masih ada kecemasan Eropa membuat penguatan rupiah agak tertahan,” tuturnya.
Rendahnya inflasi yang memicu kekhawatiran para pelaku pasar terhadap turunnya suku bunga rupiah membuat mata uang lokal masih berada di kisaran 9.000 per dolar AS. Kian membaiknya level investasi Indonesia akan mendorong imbal hasil obligasi pemerintah menjadi kurang menarik di mata investor. Sebab potensi keuntungannya akan semakin mengecil.
Sebagian besar mata uang Asia sore ini menguat terhadap dolar AS. Peso Filipina memimpin apresiasi mata uang regional dengan menguat 0,4 persen, diikuti ringgit Malaysia 0,24 persen, dolar Singapura 0,2 persen, won Korea selatan 0,2 persen, serta baht Thailand juga menguat 0,06 persen.
Sedangkan indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia sore ini pukul 17:30 WIB naik tipis 0,006 poin 90,01 persen ke level 79,075.
VIVA B. KUSNANDAR