TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati memberikan kuliah umum di London School of Economics and Political Science (LSE), Inggris, Selasa, 7 Februari 2012. Di hadapan sekitar 400 warga London, Sri Mulyani memberikan kuliah Crises and Revolutions: the Reshaping of International Development. Hadir pula Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Inggris, Teuku M. Hamzah Tayeb, serta mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Inggris.
Kuliah umum diadakan Departement of International Development LSE dipandu Professor Robert Wade, ahli ekonomi politik terkemuka dunia. Wade membacakan hasil penilaian kinerja Sri Mulyani selama setahun yang diberikan eksekutif senior Bank Dunia di bagian Sumber Daya Manusia.
"Saya sangat kagum kepada Sri Mulyani karena mempunyai pengetahuan serta kemampuan teknis tinggi dalam isu ekonomi. Pengalamannya sebagai Menteri Keuangan mempunyai kepekaan politik kuat menangani berbagai hal terkait dengan isu pembangunan," ujarnya. "Apabila diberi otoritas penuh, saya tidak akan segan mengangkat beliau menjadi Presiden Bank Dunia."
Dalam kuliah umum, sebagaimana dilaporkan wartawan Tempo di London, Vishnu Juwono, Sri Mulyani menyoroti fenomena global yakni revolusi Arab serta krisis ekonomi global. “Pemerintah tetap menjadi partner dalam usaha pembangunan negara, tapi revolusi Arab menunjukkan peranan masyarakat semakin besar dalam menyuarakan aspiriasinya dengan didorong penggunaan teknologi komunikasi yang semakin maju," kata Sri Mulyani. "Bank Dunia mencoba menyesuaikan diri dengan aktif melibatkan elemen civil society dalam proses pemberian bantuan pembangunan kepada negara, proaktif mempublikasikan data pembangunan, serta memberikan akses data tersebut kepada masyarakat secara gratis.”
Sri Mulyani juga membagi pengalaman prakteknya selama menjadi menteri di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Indonesia menjadi panutan praktisi pembangunan internasional pada tragedi tsunami 2004. Pemerintah melibatkan civil society dan komunitas donor, sehingga berhasil menjalankan rekonstruksi di Aceh," katanya. "Selama menjadi Menteri Keuangan, saya harus menghadapi fenomena baru berupa tuntutan transparansi dan akuntabilitas. Elemen masyarakat, lembaga resmi negara seperti Badan Pemeriksa Keuangan, harus dihadapi dan diajak kerja sama."
Baca Juga:
Bekas Menko Perekonomian ini juga menjelaskan fenomena semakin berperannya negara berkembang. “Menurut prediksi Bank Dunia 2025 akan ada enam negara yang akan mempunyai peranan penting dengan menyumbang setengah dari pertumbuhan ekonomi global, yakni Cina, India, Brasil, Korea Selatan, Rusia, serta Indonesia,” kata Sri Mulyani. “Transfer ilmu tidak lagi hanya dari negara maju kepada negara berkembang, tapi bisa juga sebaliknya."
YANDI M.R/VISHNU JUWONO