TEMPO.CO, Jakarta -Koordinator Kelompok Kerja (Pokja) Beras Aliansi untuk Desa Sejahtera, Said Abdullah, mengatakan bahwa saat ini pangan Indonesia terkonsentrasi pada karbohidrat. "Lebih terkonsentrasi pada beras," katanya pada konferensi pers di Jakarta, Jumat, 10 Februari 2012.
Menurut Said, kebijakan pemerintah yang terus menambah impor beras akan semakin mendorong masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi karbohidrat dibanding produk makanan lain. Padahal, fokus kebijakan macam itu akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat.
Ditilik dari sudut pandang kelengkapan gizi, hal tersebut juga membahayakan rakyat karena keragaman sumber gizinya semakin terbatas. "Kalau konsumsi beras berlebih, maka vitamin lain jadi tidak dapat ikut terkonsumsi," ujar Said.
Apabila dilihat dari kacamata gizi, seseorang harus memakan makanan dengan nilai gizi seimbang. Keseimbangan itu dapat terwujud dengan mengkonsumsi buah dan sayur, ikan, dan susu. "Tidak ada makanan yang sumber vitaminnya lengkap, sehingga kita juga harus mengkonsumsi sayur dan buah," kata Said.
Menurutnya, saat ini pemerintah tidak mendorong diversifikasi makanan. Ia mengatakan bahwa walaupun sudah ada iklan layanan masyarakat tentang diversifikasi makanan, namun kenyataannya pemerintah lebih terfokus pada beras saja.
"Ikan dan sayur kita melimpah, namun pemerintah hanya fokus pada beras saja," keluhnya.
MITRA TARIGAN