TEMPO.CO, Palangkaraya - Ketua MUI Kalimantan Tengah K.H. Ahmadi Isa mengatakan, pembentukan FPI sudah dibatalkan, terutama di Palangkaraya. Pernyataan pembatalan ini, kata Ahmadi, sebenarnya telah disampaikan panitia pelaksana pembentukan FPI di hadapan Kepolisian Palangkaraya dan MUI Kalteng, Jumat, 10 Februari 2012 lalu.
"Rencana peringatan Maulid Nabi Besar SWA di Palangkaraya dengan mendatangkan penceramah Habib M. Rizieq juga dibatalkan karena sudah ada penolakan dari masyarakat adat Dayak," ujar Ahmadi, Sabtu, 11 Februari 2012.
Ratusan warga suku Dayak menolak kedatangan tokoh Front Pembela Islam (FPI) dari Jakarta yang tiba di Bandara Cilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sabtu, 11 Februari 2012. Massa yang mengenakan ikat kepala merah telah berkumpul di bandara sejak pagi hari. Mereka masuk ke area pesawat Sriwijaya Air yang ditumpangi rombongan hingga hanya berjarak sekitar 50 meter.
"Jangan ada orang luar yang mengatur kehidupan masyarakat Kalteng," kata Wakil Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah Lukas Tingkes saat berorasi di bandara. Massa yang sebagian bersenjata tradisional tombak dan mandau itu melarang FPI berkegiatan di Kalteng. Untuk menenangkan warga, Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang dan Kepala Kepolisian Daerah Kalteng Brigjen Damianus Jacky datang ke bandara.
Soal penolakan FPI, Ketua Front Pembela Islam Jakarta Selon menolak berkomentar. "Saya belum bisa komentar, menunggu kepulangan mereka," kata Selon, Sabtu malam, 11 Februari 2012.
Selon mengatakan, pengurus FPI datang ke Palangkaraya untuk meresmikan organisasi itu di sana. Mereka yang tiba adalah Wakil Ketua DPP FPI Muchsin, Sekjen FPI Ahmad Shobri Lubis, Wakil Sekjen FPI Awit Masyhuri, Panglima FPI Maman Suryadi, dan seorang anggota Dewan Majelis Syuro. Ketua Umum M. Rizieq Shihab, yang dijadwalkan datang, mengurungkan rencana karena sakit.
Unjuk rasa menolak tokoh FPI juga terjadi Bundaran Besar Palangkaraya, yang digelar oleh sejumlah perkumpulan warga Dayak, seperti Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak Kalimantan Tengah dan Majelis Adat Dayak Nasional (MADN). Turut dalam unjuk rasa itu, Wakil Sekjen Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) yang juga Sekretaris Daerah Kalteng, Siun Jarias.
Ketua Gerakan Pemuda Dayak Kalimantan Tengah Yansen Binti menilai FPI adalah organisasi massa yang identik dengan kekerasan sehingga tidak sesuai dengan budaya Dayak, Huma Betang. Huma Betang bermakna perdamaian, kebersamaan dalam keragaman. "FPI kerap menggunakan kekerasannya untuk mencapai tujuannya," ujar Yansen kemarin.
Menurut Yansen, rencana pendirian FPI terendus saat ada rapat Komunitas Intelijen Daerah beberapa waktu lalu, yang meminta masukan dari sejumlah ormas. FPI dinilai tidak perlu didirikan di Kalteng. "Penolakan ini tak ada kaitannya dengan agama," kata Yansen.
KARANA W | ANDI P.
Berita Terkait:
Dikira FPI, Akbar Faisal Disergap Warga Dayak
Warga Dayak Tolak Ketua FPI Habib Rizieq
Rizieq Tak Ikut Rombongan FPI ke Palangkaraya
Alasan Warga Dayak Tolak FPI
Tokoh FPI Habib Rizieq Salahkan Gubernur Kalteng