TEMPO.CO, London - Inggris membebaskan ulama radikal Abu Qattada yang dituduh sebagai manusia paling berbahaya dari penjara superketat Long Lartin di Evesham. Selanjutnya ia dideportasi ke Yordania.
Saat pembebasan, Abu Qatada menyembunyikan wajahnya di balik van yang membawanya meninggalkan lapas Worcestershire pada sekitar pukul empat subuh waktu Indonesia.
Pemerintah Inggris mengatakan, dia merupakan ancaman keamanan nasional, tetapi telah diamankan dan dideportasi ke Yordania. Menurut pengadilan, pembebasan pria 52 tahun itu "dibenarkan demi hukum."
Abu Qattada oleh para pengamat keamanan dianggap sebagai tangan kanan Usamah bin Ladin untuk urusan Eropa. Sedangkan pemerintah Inggris menuduhnya sebagai pria yang siap melakukan serangan teroris, termasuk pengeboman bunuh diri.
"Inggris sangat bersalah karena menahan putraku," ucap Aisha Othman, ibu Abu Qattada, kepada wartawa di Yordania.
Aisha katakan, Qatada sebaiknya kembali ke rumahnya di Yordania. "Dia memiliki jalan yang begitu panjang. Kami menginginkannya pulang ke rumah," ujar perempuan 70 tahun itu dari kediamannya di Ibu Kota Amman.
"Saya tidak tahu mengapa Inggris menahannya, tidak ada alasan yang jelas. Saya tak melihat alasan kenapa mereka menginginkannya," kata Aisha.
Setelah masa pembebasan dari penjara superketat di waktu subuh dan penutup kepala, pria ini dilarang melakukan kontak dengan seluruh kelompok teroris, termasuk pemimpin Al-Qaidah, Ayman al-Zawari.
BBC | DAILYMAIL | CHOIRUL