TEMPO.CO, Jakarta - SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70 Jakarta, Pemerintah Kota Jakarta Selatan, dan Kepolisian Resor Jakarta Selatan meresmikan Posko Terpadu Anti-tawuran mencegah tawuran pelajar antara dua sekolah tersebut. "Posko ini sudah direncanakan sejak lama," kata Wali Kota Jakarta Selatan Anas Efendi saat peresmian, Selasa, 14 Februari 2012.
Menurut Anas, posko terpadu ini melibatkan seluruh instansi di Kecamatan Kebayoran Baru. Mereka adalah dua pihak sekolah tersebut, Satuan Polisi Pamong Praja dari kecamatan dan setingkat kota, Kepolisian Sektor, dan Komandan Rayon Militer Kebayoran Baru. Posko terpadu sudah direncanakan sejak enam bulan yang lalu, tapi baru diresmikan hari ini.
Kapolsek Kebayoran Baru Komisaris Maulana Hamdan mengatakan posko ini akan dijaga 24 jam oleh polisi dan Satpol PP. Menurut dia, posko ini tidak hanya berfungsi secara fisik, tapi juga menjadi forum pertemuan antara banyak pihak untuk mencegah tawuran antarpelajar.
Maulana mengatakan forum itu juga memberikan masukan kepada masing-masing sekolah. "Misalnya masukan untuk mengatasi budaya senioritas di sekolah," kata Maulana. Ia melihat tawuran di antara dua sekolah itu terjadi kadang karena perintah angkatan tua kepada angkatan di bawahnya.
Posko terpadau anti-tawuran itu terletak di depan Gedung Olah Raga Bulungan, Jakarta Selatan. Terletak di antara dua sekolah, SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70 Jakarta. Posko itu berukuran sekitar 3 x 3 meter, terdapat kamar kecil di dalamnya.
Sebelumnya, perkelahian antara SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70 memang kerap terjadi. Pada 26 Januari 2012, terjadi tawuran antarsiswa kedua sekolah itu. Pada 19 Maret dan 12 Desember 2008, juga terjadi perkelahian antarsiswa kedua SMA yang berdekatan itu. Perayaan 17 Agustus 2009 sempat dinodai dengan tawuran. Tawuran juga terjadi 12 Januari 2010 dan 15 Juli 2011. Sementara itu, bentrokan antara pelajar SMA Negeri 6 dan sejumlah jurnalis sempat terjadi pada 16 September 2011 lalu.
SUNDARI