TEMPO.CO , Jakarta: Popularitas novel Negeri 5 Menara membuat produser Aoura Lovenson Chandra dan sutradara Affandi Abdul Rachman ingin memberikan hasil terbaik untuk film Negeri 5 Menara. Mereka tidak mau mengecewakan penggemar novel tersebut.
Ketika ingin memproduksi film Negeri 5 Menara, tim banyak menemukan tantangan demi mendapatkan lokasi syuting yang tepat. Apa saja tantangannya? Ini kata penulis novel Negeri 5 Menara Ahmad Fuadi kepada Tempo.
"Gontor itu enggak pernah tidur. Secara teknis itu susah. Jadi kesulitannya kita mencari ke 100 pesantren di Jawa. Namun tidak menemukan feel, auranya," ujar A. Fuadi usai pemutaran film di Blitzmegaplex, Selasa, 14 Februari 2012.
Kesulitan itu pun membuat tim produksi kembali ke Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Karena niat baik mereka, tim pun diterima dengan terbuka dengan satu syarat menunggu hari liburan tiba.
"Mungkin pak kiai kasihan. Kita bilang kita sudah man jadda wajada. Sudah usaha habis-habisan," kata A. Fuadi.
Meski telah diberi izin, syuting film tidak dengan mudah dapat dilakukan. "Saat libur pun Gontor tak pernah sepi. Ada 800 orang di kelas akhir yang menjaga pondok. Dan mereka pun punya banyak kegiatan," ujarnya.
Alhasil penyelesaian adegan di pondok pesantren tersebut dilakukan secara kucing-kucingan. "Pas ada kegiatan di tengah kita di pinggir. Pas ada kegiatan lain, kita ke tengah. Kegiatan mereka memang heboh-heboh segala macam lomba pun ada," tutur lulusan Gontor pada 1992.
Kegigihan tim yang ingin membuat film ini pun berbuah manis. Syuting dapat diselesaikan tepat pada waktunya. "Alhamdulillah terselesaikan di waktu libur. karena kita syuting di empat lokasi, Maninjau, Gontor, Bandung, dan Inggris," katanya.
Saat di Inggris pun tim produksi di sana mempunyai cerita lucu lainnya. "Saat syuting di Trafalgar Square Inggris ternyata di sana sedang ada kegiatan Idul Fitri, karena di sana juga banyak penduduk muslim. Jadi harus menunggu lagi," tutur A. Fuadi.
SYIFA JUNITA