TEMPO.CO, Jakarta- Maarif Institute akan mengadakan Maarif Award 2012. Kali ini penerima penghargaan yang dicari cukup unik. Panitia mencari orang biasa, tapi mempunyai kemampuan yang luar biasa. Pendiri Maarif Institute, Buya Syafii Maarif mengatakan alasan di balik ide ini adalah absennya kepemimpinan di tanah air.
"Kami mengadakan Award ini karena negeri ini tanpa kepemimpinan," kata dia dalam konferensi pers di kantor Maarif Institute Jakarta, Selasa, 21 Februari 2012.
Miskinnya keteladanan kepemimpinan nasional saat ini, menurut Buya merupakan satu persoalan dasar dalam proses berdemokrasi di era reformasi. Maka dari itu, jika pemenang Maarif Award 2012 menjadi seorang pemimpin nantinya, idealismenya akan bertahan.
Maarif Award 2012 dibuat karena komitmen dan kepedulian terhadap bangsa. Sampai saat ini sudah empat kali penghargaan yang sama digelar. Penyerahan Maarif Award 2012 yang ke-4 rencananya dilaksanakan akhir Mei mendatang. Maarif Award sebelumnya digelar pada 2007, 2008, dan 2010.
Melalui penghargaan ini, Maarif berharap dapat memunculkan dan mempromosikan model-model kepemimpinan masyarakat yang bisa menciptakan keteladanan dan inspirasi bagi masyarakat luas. Apalagi saat ini, ketika korupsi politik semakin banyak, mafia hukum merajalela, kekerasan yang melibatkan agama makin meningkat, dan konflik sosial akibat ketidakadilan telah membuat bangsa ini berkeringat darah.
"Keringat darah untuk mendapatkatkan keadilan ekonomi politik dalam ketidakhadiran kepemimpinan nasional," dia menjelaskan.
Anggota dewan juri untuk penghargaan Maarif Award 2012 adalah Chief Executive Officer Lembaga Kantor Berita Nasional Antara, Ahmad Mukhlis Yusuf, Pendiri Yayasan Bina Swadaya, Bambang Ismawan, Wakil Ketua Dewan Pembina CSIS, Clara Joewono, Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir dan Aktivis perempuan/Jurnalis Senior, Maria Hartiningsih.
AFRILIA SURYANIS