TEMPO.CO, Surabaya - Jumlah pengguna Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya atau yang disingkat Napza suntik di Surabaya menurun.
Witanto, koordinator lapangan Yayasan Anti Penggunaan Napza Suntik (Penasun), Our Right To Be Independent (Orbit) Surabaya mengatakan, saat ini dari 1.000 sampai 1.500-an pengguna Napza Suntik hanya tinggal sekitar 25 persen saja yang masuk kategori pengguna aktif dengan frekuensi penggunaan napza minimal sehari sekali.
"Tinggal 25 persen saja pengguna harian, untuk pengguna mingguan dan bulanan ada sekitar 50 persen, dan sisanya pengguna yang sudah sembuh tapi kadang kala masih menggunakan sekali waktu," kata Witanto, Rabu 22 Februari 2012.
Menurut dia, sulitnya peredaran napza khususnya heroin, secara tidak langsung membuat para pecandu kelimpungan dan secara alami mulai meninggalkan kecanduan barang terlarang itu. "Heroin nyaris tidak ada, tindakan represif dari aparat membuat barang ini sulit didapat dan akhirnya pecandupun semakin berkurang," kata Witanto yang sehari-hari blusukan ke kampung-kampung untuk mendampingi rapa pecandu ini.
Orbit, yayasan ini mendampingi sekitar 500-an pecandu. Para pecandu yang didampingi umumnya adalah mereka yang tergabung dalam kelompok-kelompok kecil. Sementara untuk pecandu kelas menengah ke atas atau pecandu elit sulit dijangkau karena cenderung menggunakan barang haram itu di tempat-tempat yang sulit ditembus Orbit. Di Surabaya, kelompok pecandu terbanyak berada di sekitar kawasan Jagir, Menur, jalan Dr Soetomo, Manuan, serta kawasan Ampel Surabaya.
FATKHUROHMAN TAUFIQ