TEMPO.CO, Jakarta - Dalam perdagangan Selasa kemarin, pola kurva yield (imbal hasil) obligasi pemerintah bergerak beragam. Berdasarkan kurva yield-nya terlihat adanya tekanan naik pada tenor menengah dan panjang, sementara untuk tenor pendek masih mengalami penurunan.
Kondisi ini diperkirakan karena pekan ini pasar obligasi masih diwarnai aksi ambil untung. “Sehingga meskipun yield mengalami bullish di awal pekan, namun peluang untuk bergerak fluktuatif sewaktu-waktu bisa saja terjadi,” ujar Tumpal Sihombing, Corporate Secretary Indonesa Bond Price Agency (IBPA).
Rata–rata imbal hasil tercatat mengalami kenaikan 3,7 basis poin (bps) pada tenor menengah (5-7 tahun), pada tenor panjang (8-30 tahun) naik 2,1 bps. Sedangkan untuk tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan 1,7 bps.
Dominasi kenaikan imbal hasil menyebabkan indeks harga obligasi pemerintah yang hanya menghitung pergerakan harga (GBIX-Clean Price) turun 0,1133 poin (0,08 persen) ke level 138,8456. Penurunan juga terjadi pada indeks harga obligasi yang menghitung semua potensi keuntungan (GBIX-Total Return) sebesar 0,1031 poin (0,06 persen) menjadi 172,4256. Sebaliknya, indeks obligasi yang menhitung imbal hasil (GBIX-Effective Yield) naik 0,14 persen ke level 5,2592 persen.
Turunnya indeks harga obligasi dipicu oleh turunnya harga seri FR0060 sebanyak 14,66 bps menjadi 107,8844, seri FR0061terkoreksi 21,4 bps menjadi 114,0759, serta seri FR0059 melemah 0,96 bps menjadi 113,9996. Sedangkan seri FR 0058 justru naik 14,96 bps menjadi 125,1729.
Dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) kemarin, dari target indikatif Rp 8 triliun, penawaran yang masuk mencapai Rp 22,3 triliun, sedangkan yang dimenangkan mencapai Rp 12 triliun.
Total penawaran terbesar diperoleh dari seri FR0062 yang memiliki tenor 30 tahun sebesar Rp 6,6 triliun, dan diserap Rp 5,7 triliun. Hal ini menunjukkan bawah investor masih memiliki ekspektasi positif terhadap kondisi ekonomi Indonesia ke depan.
Total volume harian kemarin meningkat tajam 190,7 persen menjadi Rp 8,86 triliun yang didominasi oleh obligasi pemerintah yang berbasis bunga tetap, yakni seri FR0062, FR0058, FR0059, serta FR0061.
Kenaikan juga terjadi pada perdagangan obligasi korporasi yang didominasi seri baru yang listing hari ini, yakni ASDF01CCN1, ASDF01BCN1, serta ASDF1ACN1. Total frekuensi obligasi korporasi juga meningkat 100,6 persen menjadi 690 kali.
Sentimen positif dari faktor global setelah disetujuinya dana talangan kedua dari Uni Eropa kepada Yunani Selasa kemarin belum sanggup mendorong investor untuk kembali masuk dalam jangka panjang. Hal ini ditandai dengan masuknya investor di tenor–tenor jangka pendek yang memiliki peluang risiko lebih kecil. “Namun demikian, lelang SUN kemarin tetap berhasil menarik minat investor,” Tumpal memaparkan.
VIVA B. KUSNANDAR