TEMPO.CO, Vienna - Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengakui kegagalannya dalam menyelidiki upaya Iran mengembangkan senjata nuklir. Pernyataan ini keluar tak lama setelah Iran menyatakan akan melakukan serangan preemptif terhadap siapa saja yang mengancam kepentingannya.
Serangan preemptif adalah sebuah strategi menyerang terlebih dahulu terhadap kemungkinan ancaman atau serangan dari negara lain. Penggunaan serangan preemptif memang diatur dalam Piagam PBB.
Baca Juga:
"Kami memiliki semangat konstruktif, namun kesepakatan tidak tercapai," kata Ketua IAEA Yukiya Amano seperti dilansir kantor berita AP, Selasa, 21 Februari 2012. Amano mengatakan Iran tidak mengabulkan misi IAEA mengunjungi Parchin. "Mengecewakan," katanya.
IAEA menduga Iran mengembangkan senjata nuklir di pangkalan militer Parchin, sekitar 30 kilometer dari Ibu Kota Teheran. Amano juga mengatakan belum ada kesepakatan tentang cara untuk mengklarifikasi pembuktian apakah Iran membangun senjata nuklir atau tidak.
Sikap ini memperjelas kebijakan Iran yang melanjutkan perlawanan dalam menghadapi tekanan internasional terkait kegiatan nuklirnya. Iran bergeming atas sanksi Barat dan peringatan dari Israel. "Kami akan menggunakan segala cara untuk melindungi kepentingan nasional," kata Mohammed Hijazi, Kepala Deputi Angkatan Bersenjata Iran.
Baca Juga:
Ketegangan atas program nuklir Iran kian meruncing dengan adanya spekulasi Israel akan menyerang fasilitas nuklir Iran. Barat dan Israel bersikeras menuding Iran sedang mengembangkan senjata nuklir. Sedangkan Iran mengklaim pengembangan itu untuk tujuan damai.
Mengenai serangan preemptif, saat ini penggunaan serangan preemptif menimbulkan perdebatan. Apalagi ketika Amerika Serikat menggunakan dalih tersebut untuk menyerang Irak tahun 2003.
AP | FOXNEWS| ANANDA PUTRI