TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Sub Direktorat Zoologis Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan, Misriyah, mengatakan, belum ada hasil penelitian yang menyatakan penularan flu burung terjadi antarmanusia. "Bahkan keluarga terdekat pun belum tentu tertular," katanya, Rabu, 22 Februari 2012.
Menurutnya, berdasarkan penelitian virus H5N1 yang menjadi penyebab adanya flu burung pertama kali dibawa oleh unggas yang berpindah-pindah atau liar. Dalam bahasa kedokteran sering disebut migratory water bird. Sifat unggas ini adalah carier (pembawa). Kemudian unggas liar tersebut melakukan kontak langsung dengan unggas peliharaan. "Pada saat itulah virus berpindah," katanya.
Menurut Misriyah, kebanyakan kasus flu burung memang berasal dari unggas peliharaan karena hewan ini yang sering melakukan kontak dengan manusia. "Tetapi dalam beberapa keadaan virus tersebut mati," ucapnya.
Virus H5N1 hanya dapat bertahan di air dengan suhu 22 derajat celcius selama 4 hari. Sedangkan pada suhu 0 derajat celcius bisa bertahan sampai 30 hari.
Menurut Misriyah, jika akan mengkonsumsi unggas harus dimasak dengan suhu 60-80 derajat celcius. Virus di dalam telur akan mati jika direbus dengan suhu 64 derajat celcius. "Virus ini juga mudah mati bila terkena alkohol, deterjen, karbol, atau desinfektan lain," katanya.
Saat ini pihaknya bersama ahli penyakit menular sedang melakukan penelitian tentang kemungkinan penularan flu burung antar-manusia.
SYAILENDRA