TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano menargetkan sapi bakalan impor pada kuartal pertama tahun ini akan masuk seluruhnya hingga Maret mendatang. Kuota yang diberikan pemerintah untuk impor sapi bakalan kuartal pertama tahun ini adalah sebesar 60 ribu ekor.
Direktur Eksekutif Apfindo Joni Liano mengatakan, untuk kuota pada kuartal pertama, ada 17 perusahaan feedlot (penggemukan sapi) yang mendapatkan izin impor untuk 60 ekor sapi bakalan.
"Anggota kami ada 24 perusahaan. Sisanya memilih untuk mengambil dari lokal saja," kata Joni di sela seminar nasional Peluang Investasi Peternakan di Indonesia, Kamis, 23 Februari 2012.
Sapi bakalan impor harus lebih dulu digemukkan selama tiga bulan hingga mencapai berat ideal untuk dipotong. Setelah itu, sapi utuh maupun yang sudah berupa daging akan didistribusikan ke beberapa wilayah. Paling besar untuk distribusi ke Pulau Jawa dan Lampung. Joni mengatakan saat ini ketersediaan sapi di kandang feedlot baru sebesar 136 ribu ekor.
Pemerintah memberikan kuota impor sapi bakalan tahun ini sebesar 283 ribu ekor. Jumlah ini turun dari tahun sebelumnya sebanyak 600 ribu ekor. Namun, realisasi impor 2011 hanya 400 ribu ekor sapi bakalan.
Menurut Joni, pengurangan kuota impor tahun ini membuat perusahaan feedlot harus meningkatkan penyerapan sapi lokal. Hal ini dilakukan untuk mengisi kapasitas kandang seluruh perusahaan feedlot yang jumlahnya mencapai 1,2 juta ekor sapi.
Tahun ini, asosiasi menargetkan bisa menyerap 30 persen dari total kapasitas kandang atau sekitar 360 ribu ekor. Jumlah ini diharapkan tercapai agar melampaui realisasi penyerapan tahun lalu yang jumlahnya 240 ribu ekor. Bahkan, sepanjang Januari-Februari 2012, perusahaan feedlot telah menyerap 37 ribu ekor sapi.
"Jadi kami sudah banyak menyerap sapi lokal, sudah di atas himbauan pemerintah untuk menyerap 10 persen," kata Joni
Anggota Apfindo, kata Joni, belum mau mengajukan kuota impor tambahan dan masih akan menjalankan komitmen yang telah dibuat oleh pemerintah. "Pokoknya kami jalankan dulu aturan yang ada. Dan ditargetkan 60 ribu ekor masuk 100 persen pada Maret," ujarnya.
Joni membantah adanya isu tentang sapi impor ilegal dari India. Menurut dia, dengan penerapan sistem perizinan impor yang sudah single window (satu pintu), impor ilegal menjadi sulit. Terlebih lagi, sapi merupakan barang terlihat yang butuh sarana memadai untuk mengimpornya.
"Sapi tidak bisa ilegal karena turun kapal kan kelihatan. Semua sudah terkoneksi antara Kementerian Perdagangan maupun karantina," katanya.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan, populasi sapi potong lokal untuk memenuhi ketersediaan daging tahun ini mencapai 2,51 juta ekor. Sebanyak 39 persen berupa sapi jantan dan sisanya 61 persen adalah sapi betina.
Syukur mengungkapkan sistem logistik di Indonesia masih menjadi kendala utama dalam mendistribusikan hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan daging nasional yang tahun ini volumenya 484 ribu ton. “Swasembada daging harus didukung oleh ketersebaran yang ideal di setiap daerah di Indonesia,” katanya.
Menurut dia, program swasembada daging pada 2014 sangat bergantung dengan pertumbuhan populasi sapi potong. Dia mencatat rata-rata pertumbuhan populasi sapi potong sebesar 5,32 persen atau 653.100 ekor per tahun. Namun, populasi paling tinggi tahun lalu berada di Pulau Jawa dengan tingkat distribusi 50,68 persen atau 7,5 juta ekor.
ROSALINA