TEMPO.CO, Kabul - Publik Afganistan marah atas pembakaran Al-Quran oleh tentara NATO, bahkan setelah Presiden Barack Obama meminta maaf atas kejadian itu. Demo besar-besaran tetap digelar pada Kamis.
Dalam sebuah surat dikirimkan kepada Presiden Afghanistan Hamid Karzai, Obama menyebut tindakan itu "tidak disengaja," kata juru bicara Karzai.
"Kami akan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari terulangnya hal itu, termasuk mengadili mereka yang bertanggung jawab," kata Obama dalam surat yang disampaikan oleh Ryan Crocker, Duta Besar AS untuk Afghanistan.
Karzai mengatakan bahwa ia telah menunjuk sebuah tim yang terdiri dari ahli hukum Islam dari Dewan Ulama dan Kementerian Haji untuk melakukan perjalanan ke Bagram, lokasi pembakaran Al-Quran, guna melakukan penyelidikan.
Demonstrasi besar-besaran pecah di Afghanistan setelah pasukan NATO membakar bahan pendidikan agama Islam. Dua tentara Amerika tewas hari Kamis oleh seorang pria mengenakan seragam Angkatan Darat Afghanistan, kata seorang pejabat AS. Pria bersenjata itu diduga telah bertindak dalam hubungannya dengan protes pembakaran itu.
Permohonan maaf Obama diejek oleh calon presiden Partai Republik, Newt Gingrich. "Presiden meminta maaf atas pembakaran, tetapi saya belum melihat presiden meminta Afghanistan meminta maaf atas pembunuhan dua tentara Amerika," katanya.
TRIP B | CNN