TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) menyatakan kesiapannya untuk membantu pengusutan insiden penyerangan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. "Sesuai undang-undang, jika ada permintaan dari polisi, maka kami akan mengerjakannya," kata Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa, 28 Februari 2012.
Menurut Iskandar, institusinya sepakat untuk memberantas premanisme dan segala bentuk anarkisme. Dalam insiden penyerangan di RSPAD pada 23 Februari lalu, TNI merasa terpanggil untuk ikut menangani karena rumah sakit itu berada di bawah institusi TNI. "Latar belakangnya adalah agar tidak ada keresahan di masyarakat," ujar dia.
Iskandar mengatakan insiden penyerangan di RSPAD telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Apalagi insiden itu terjadi di rumah sakit yang justru membutuhkan kondisi tenang. "Bagaimana kalau terjadi di luar lingkungan TNI? Masyarakat akan semakin resah," ucapnya. Untuk itu, TNI akan membantu polisi untuk mempercepat penanganan insiden penyerangan itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, insiden penyerangan terjadi di area rumah duka RSPAD pada Kamis, 23 Februari 2012 dini hari lalu. Sekelompok orang datang ke rumah duka dan menyerang kelompok lain yang sudah mereka sasar sebelumnya.
Akibatnya empat orang mengalami luka berat dan dua orang meninggal dunia. Mereka yang luka berat adalah Oktafianus Mag Milion, 35 tahun, Yopi Jonatan Berhitu (35), Errol Karl Latumanui (38), dan Jefrry Ha Kailola (38). Dua sisanya, Stendli Wenno (37), Ricky Kutuboy (37), tewas di tempat dengan luka bacokan di sekujur tubuhnya.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Wiryantoro, menyatakan Kodam Jaya sudah memeriksa beberapa orang yang terkait dengan insiden penyerangan itu. "Kami minta keterangan dari tujuh orang dan kami tindaklanjuti," kata dia pada kesempatan yang sama.
PRIHANDOKO