TEMPO.CO, Jakarta -Pimpinan Pondok Pesantren Langitan, Widang Tuban, KH Abdullah Faqih, 82 tabun, meninggal dunia di kediamannya, di Kecamatan Widang, Tuban, Jawa Timur, Rabu 29 Februari 2012, petang.
Ulama kesohor yang ikut membidani lahirnya Poros Tengah di era-KH Abdurrahman Wahid, ini meninggal akibat komplikasi penyakitnya. Sebelum menghembuskan nafasnya sekitar pukul 18.50 waktu setempat di kediamannya komplek Pondok Pesantren Langitan, KH Faqih, demikian panggilan ulama sepuh ini, sempat dirawat beberapa hari di Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya. Tetapi, kondisi kesehatannya terus menurun, sehingga perawatan dilakukan di rumah duka.
Jenasah KH Faqih disemayamkan di rumahnya di komplek Pondok Pesantren Langitan, sebelah barat. Jenasahnya akan dimakamkan di Pemakaman Umum Desa Widang, tak jauh dari komplek Pondok Pesantren Langitan, Kecamatan Widang, Tuban, Kamis 1 Maret 2012. "Besok almarhum di makamkan," kata seorang alumni Pondok Pesantren Langitan Tuban, KH Abdul Aziz, pada Tempo, Kamis malam.
Menurut Abdul Aziz, banyak kesan mendalam terhadap sosok KH Faqih. Semasa menjadi santri tahun 1970-an hingga 1980, KH FAqih sangat dekat dengan para muridnya. Di antaranya, gurunya kerap mendatangi dan membangunkan muridnya saat waktu subuh.
Selain itu, KH Faqih dikenal berjiwa sosial tinggi. Dia mencontohkan, ada beberapa murid yang tak mampu, maka gurunya itu menggratiskan para santrinya untuk terus sekolah. "Inilah yang sangat terkesan bagi kami," kata dia.
Juru bicara Pemerintah Kabupaten Tuban, Jony Martoyo mengatakan, kemungkinan Gubernur Jawa Timur Soekarwo, juga Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf. Kemudian, Bupati Tuban Fatkhul Huda. "Kami sudah menyiapkan protokolernya," dia menegaskan.
Dalam catatan, selain memimpin pondok pesantren, KH Abdullah Faqih, dikenal masuk arena politik. Namanya sempat mencuat bersama para ulama-ulama lain pendukung Poros Tengah, yang digagas Amien Rais, Ketua MPR waktu itu.
Selain itu, KH Abdullah Faqih juga dikenal sebagai penggagas Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), bersama para tokoh Nahdlatul Ulama yang keluar dari Partai Kebangkitan Bangsa.
SUJATMIKO
