TEMPO.CO , Jakarta - Penelitian untuk menguak keberadaan hutan purba menemui titik terang. Tim peneliti menggali dan menyelidiki sebuah fosil hutan purba berusia 385 juta tahun dan diperkirakan paling tua di Bumi.
Fosil hutan purba itu bernama Gilboa, terletak di Pegunungan Catskill di New York, Amerika Serikat, dan disebut sebagai "hutan fosil tertua". Nama Gilboa berasal dari ratusan fosil pohon raksasa Gilboa yang terawetkan di bebatuan daerah tersebut.
Fosil-fosil itu pertama ditemukan pada 1920 selama penggalian sebuah tambang untuk mengekstrak batu sebagai bahan baku pembangunan Bendungan Gilboa di dekat daerah itu.
Saat itu peneliti hanya dapat mengumpulkan sekelumit informasi tentang konteks geologi pohon Gilboa, di antaranya tunggul pohon, tanah tempat pohon-pohon itu tumbuh, dan jarak tumbuh antarpohon. Apalagi tambang justru ditimbun usai pembangunan bendungan.
Satu-satunya cara meneliti hutan fosil Gilboa adalah dengan mempelajari spesimen yang ada di museum dari penggalian skala kecil di daerah dekat sungai di sekitar lokasi bekas tambang.
Sampai Mei 2010, sebagian wilayah tambang dikosongkan sebagai bagian dari proyek pemeliharaan bendungan. Sejak saat itu para peneliti bersama perusahaan kontraktor Thaille Construction Company dan Departeman Perlindungan Lingkungan New York terus memonitor situs tambang yang dikosongkan tersebut.
Profesor Bill Stein dari Binghamton University dan Frank Mannolini dari New York State Museum menemukan bahwa lantai tambang telah terungkap. Pada lantai tambang diketahui akar dan posisi batang pohon-pohon Gilboa telah terawetkan dengan baik.
Chris Berry dari Cardiff Schooll of Earth and Ocean Sciences mengatakan untuk pertama kalinya para peneliti dapat memetakan sekitar 1.300 meter persegi wilayah tambang untuk penyelidikan hutan purba.
"Sebuah peta telah dibuat untuk menggambarkan posisi semua fosil pepohonan yang terawetkan di lokasi lantai tambang tersebut," ujar Berry. Penelitian mereka dipublikasikan dalam jurnal Nature, Kamis 1 Maret 2012.
Dalam penelitiannya Berry dan rekan-rekannya menggambarkan pohon Gilboa sebagai pohon spektakuler karena memiliki diameter batang mencapai dua meter dan dibelit ribuan akar. Akar membelit batang pohon hingga setinggi 10 meter dari permukaan tanah, menjadikan bagian ini sebagai dasar untuk menopang pohon Gilboa yang sangat tinggi. Sekilas pohon Gilboa mirip pohon pakis atau pohon kelapa.
Salah satu kejutan terbesar yang dijumpai para peneliti adalah banyaknya lapisan kayu yang tersusun horizontal dalam batang Gilboa. Tebalnya mencapai 15 sentimeter. Mereka juga menemukan spesimen raksasa spesies lumut berbentuk pohon, jenis tanaman yang biasanya membentuk lapisan batu bara dalam lapisan batuan di seluruh wilayah Eropa dan Amerika Utara.
"Tujuh tahun lalu rekan-rekan kami, Linda dan Frank, menemukan sebuah fosil pohon Gilboa dalam keadaan lengkap. Itu saja sudah sangat mengagumkan. Tapi kali ini kami menemukan seluruh hutan Gilboa," Berry berkata antusias.
Berry menuturkan semua temuan itu menunjukkan bahwa hutan purba Gilboa adalah hutan yang secara ekologis jauh lebih kompleks daripada yang pernah diperkirakan sebelumnya. "Dan mungkin mengandung karbon yang terkunci dalam bentuk kayu dalam jumlah lebih besar. Dengan mempelajari hutan Gilboa, kita dapat mengetahui bagaimana evolusi hutan mengubah muka Bumi," ujar dia.
SCIENCEDAILY | MAHARDIKA SATRIA HADI