TEMPO.CO, New York - Kualitas tidur anak, termasuk bagaimana mereka mendengkur saat bayi, dapat mempengaruhi risiko tumbuh menjadi anak hiperaktif. Kesimpulan yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics ini, didasarkan pada penelitian terhadap lebih ribuan anak-anak di Amerika Serikat yang diagnosis mengalami gangguan hiperaktif defisit atau Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD).
Studi ini merupakan bagian dari Avon Longitudinal Study of Parents and Children yang berpusat di Inggris. Peneliti mengamati lebih dari 11.000 anak dari lahir sampai usia 7 tahun. Kuesioner tidur dibagikan kepada orang tua di enam titik waktu yang berbeda. Secara khusus, para peneliti mencari bukti gangguan pernapasan selama tidur, yang ditandai dengan mendengkur, bernapas melalui mulut, atau tidak bernapas sama sekali untuk beberapa detik, kondisi yang dikenal sebagai apnea. Untuk menilai perilaku anak-anak ini, para peneliti diberikan tes yang dikenal sebagai Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) pada usia 4 dan 7 tahun.
Mereka yang mempunyai gangguan pernapasan saat tidur pada masa bayi dan atau usia dini menunjukkan masalah perilaku secara signifikan pada usia 4 dan 7 tahun. Pada usia 7 tahun, mereka dengan skor lebih dari 1,5 kali anak seusianya dalam gangguan pernapasan selama tidur menunjukkan perilaku hiperaktivitas. Isu-isu lain terkait dengan gangguan pernapasan saat tidur yang merepotkan adalah gangguan emosi berupa depresi dan kecemasan serta perilaku agresif.
Seorang dokter di Kansas University Medical Center yang dihubungi ABC News membenarkan kecenderungan ini. Sebagai seorang dokter anak, Dr Stephen Lauer mengaku menemukan masalah yang berkaitan dengan gangguan pernapasan selama tidur hampir tiap hari. "Ketika ada masalah masalah perilaku, problem di sekolah, dan terutama kekhawatiran ADHD, pertanyaan pertama yang saya ajukan berkaitan dengan tidur dan mendengkur," kata wakil ketua dan profesor pediatri Kansas University Medical Center itu.
Namun, mendasarkan diagnosis hiperaktif dengan hanya gangguan pernapasan selama tidur ketika bayi saja kurang tepat. Karen Bonuck, peneliti di Albert Einstein College of Medicine di New York, mengatakan bahwa meskipun hubungan "yang kuat dan gigih antara gejala dan hasilnya, selalu ada potensi lain dalam penelitian epidemiologi yang tidak diperhitungkan." "Mungkin ada pengaruh yang tak terlihat seperti prematuritas, merokok selama hamil, dan status sosial ekonomi rendah pada masing-masing individu yang terkait dengan masalah perilaku anak," katanya.
TRIP B | ABC NEWS