Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Boneka-boneka yang Marah

image-gnews
Beberapa karya dalam pameran 'Parasites Of Object' di Bentara Budaya Yogyakarta. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Beberapa karya dalam pameran 'Parasites Of Object' di Bentara Budaya Yogyakarta. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Boneka-boneka itu diletakkan berjajar di sudut dinding pintu masuk galeri Bentara Budaya Yogyakarta. Mimik mereka tampak suram, jauh dari kesan lucu dan menggemaskan. Matanya merah, bahkan ada beberapa yang menangis. Mereka menenteng pistol serta pisau dengan dua tangan mungilnya. Boneka itu kian menyeramkan ketika melakukan hal-hal yang biasanya dimainkan para anak seperti hompipah dan jumpalitan.

Lewat boneka-boneka itulah perupa Dedi Maryadi mengungkapkan ekspresi ketertindasan yang selama ini dibungkus dogma pembenaran premis bahwa anak-anak tak punya hak untuk membantah apa yang dimaui orang tua. Disadari atau tidak, hal itu terus terekam dalam memori anak yang terus menampung dan akhirnya menggunung, lalu berpotensi mensensitifkan perasaan memberontak pada yang berlawanan dengan keinginan di masa datang.

Keterkekangan para anak yang ditampilkan Dedi dalam pameran bertajuk Parasites of Object digelar hingga 10 Maret 2012. Boneka menjadi simbol perlawanan Dedi terhadap kultur penindasan orang tua kepada anak karena mewakili presentasi obyek berwujud replika yang menggambarkan kepolosan dan keluguan hanya bisa menerima realitas baru di sekitarnya.

Spiral kekerasan, kata Dedi, terbentuk saat orang tua nyatanya tak mampu memberi jalan lebih "manusiawi" dan bersudut pandang anak untuk mengarahkan keinginannya, hanya menegasikannya secara mutlak, bahkan dibumbui cara kekerasan untuk menolak keinginan yang tak sesuai.

“Anak selalu jadi tumbal dan media pelampiasan keinginan. Akhirnya itu berbalik karena mereka sebenarnya sudah bisa melawan meski dari hati,” kata Dedi saat ditemui Tempo, Rabu 7 Maret 2012. Karya-karya itu dituangkan dalam dua karya drawing berjudul Sadomasokisti dan sekuel 15 karya berjudul Sebuah Catatan untuk Sekedar Bersenandung dengan Penuh Keriangan di Alam Semesta.


Dalam pameran yang juga diikuti perupa Khusna Hardiyanto dan Putra Eko Prasetyo itu Dedi juga memelintir karya-karya legendaris Leonardo da Vinci seperti dalam Madonna of the Carnation. Dalam karya aslinya lukisan Da Vinci itu memperlihatkan seorang perempuan dengan wajah damai yang memberikan mawar kepada jabang bayi yang digendongnya. Karya itu oleh Dedi dipelesetkan menjadi sosok perempuan berekspresi menyeramkan sambil menghunuskan belati pada bayi yang meronta ketakutan.

Khusna Hardiyanto dalam pameran yang banyak menampilkan karya instalasi itu lebh mengeksplorasi persoalan dialektika manusia dalam persepsi tentang kasih sayang dan juga soal keperempuanan yang sering menjadi sebagai obyek kekerasan. Dalam karyanya yang berjudul Venus, misalnya, Khuna menampilkan tiga simbol pakaian seorang malaikat bersayap yang dibingkai melalui kawat-kawat berduri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Meski cantik bak malaikat, perempuan wajib mempersenjatai diri dengan kecerdasan agar tidak menjadi obyek semata,” kata Khusna. Khusna banyak mengeksplorasi gagasannya tentang kasih sayang dengan simbol-simbol alami seperti awan, daun sebagai bentuk kebebasan ekspresinya.

Penyuka travelling ini secara unik menciptakan sebuah gugusan awan-awan putih yang digantung, yang dari dalam gumpalan kenyal itu muncul puluhan duri baja. Keunikan juga tampak pada karya berjudul My Heart yang mengambil bentuk replika daun talas berbentuk hati yang tergantung pada sebuah hanger untuk menjemur pakaian. Karya itu sebagai simbol kesenangan apa pun sebenarnya hanyalah sebuah persepsi yang memiliki ketergantungan pada situasi dan momentum seseorang.

Putra Eko Prasetyo dalam pameran ini mengeksplorasi teknik grafisnya yang condong pada teknik cukil. Obyek-obyek yang digarap Eko dihadirkan dalam bentuk susunan kotak-kotak kecil selayaknya batu-bata yang terangkai menjadi bentuk-bentuk tertentu. Seperti dalam karya Plagianisme, Eko menggambarkan sebuah ironi kultur plagiat yang kian profesional menyerupai sistematika perusahaan.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

5 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

12 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.