Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Obat Generik; Murah Bukan Murahan  

image-gnews
Obat generik yang diprodukasi Indofarma. TEMPO/Ayu Ambong
Obat generik yang diprodukasi Indofarma. TEMPO/Ayu Ambong
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Rasa gatal di kulit akibat alergi membuat Widia, 20 tahun, segera pergi ke apotek dekat kediamannya. Di apotek di bilangan Daan Mogot, Jakarta Barat, perempuan ini meminta obat bermerek yang diresepkan dokter. Meski harganya relatif lebih tinggi ketimbang obat generik, dia setia menggunakan obat bermerek itu. Dalam benaknya, obat generik justru dianggap sebagai obat murahan. “Dokter juga kasih resepnya obat bermerek,” ujar Widia kepada Tempo, Sabtu 10 Maret 2012.

Sesungguhnya tidak ada yang membedakan antara obat generik dan obat bermerek dalam hal komposisi obat. Isi dan khasiatnya pun sama. Tapi kecenderungan masyarakat yang enggan memilih obat generik disebabkan oleh adanya pola pikir yang salah.

“Obat generik masih dianggap tidak bermutu karena harganya murah. Padahal murahnya harga itu karena ditiadakannya biaya promosi dan harganya ditentukan oleh pemerintah,” kata Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang, dalam temu media pada Jumat, 9 Maret 2012, di Kementerian Kesehatan, Jakarta.

Selain pola pikir masyarakat yang keliru soal obat generik, Linda juga menyayangkan masih banyaknya tenaga medis yang lebih meresepkan obat bermerek. Dia berharap ke depannya hal ini tidak lagi terjadi. Kepercayaan (trust) terhadap obat generik harus ditumbuhkan. Selain substansinya sama dengan obat bermerek, obat generik adalah obat yang costly effective. Jadi diharapkan ada keterjangkauan harga obat di masyarakat terutama untuk obat esensial.

Menurut Linda, penjualan obat generik di Indonesia sangat berbeda keadaannya dengan di negara-negara lain. Volume penjualan hanya mencapai 38 persen. Bandingkan dengan negara lain di mana volume obat generik yang digunakan sudah mencapai 70-80 persen. Kecilnya volume penjualan obat generik nasional juga berimbas pada "bontotnya" nilai rupiah penjualan yang hanya menyumbang 8-11 persen dari penjualan obat nasional. Saat ini belanja obat per tahun secara nasional mencapai Rp 40 triliun.

Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Bahdar Johan Hamid, mengungkapkan seandainya masyarakat banyak yang menggunakan obat generik, yang terjadi adalah harga obat semakin terjangkau. “Kalau masyarakat banyak pakai generik, penggunaan obat bermerek kan turun. Maka dengan sendirinya biaya obat akan murah. Generik bisa menjadi penstabil harga,” kata Bahdar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini industri farmasi dalam negeri telah mampu memenuhi kebutuhan obat nasional sekitar 90 persen. Namun hampir 95 persen produksi tersebut masih tergantung pada bahan baku obat impor. Kementerian Kesehatan menargetkan ketergantungan bahan baku obat impor ini akan terus menurun dari tahun ke tahun. Caranya adalah dengan meningkatkan produksi bahan baku obat dalam negeri. Bila kini bahan baku obat produksi dalam negeri hanya lima persen, Kementerian Kesehatan menargetkan pada akhir tahun ini akan mencapai 15 persen. Jumlah ini diharapkan terus meningkat; pada 2013 menjadi 20 persen dan pada 2014 menjadi 25 persen.

Meski menargetkan peningkatan produksi bahan baku obat dalam negeri, Maura menegaskan ketergantungan terhadap bahan baku impor akan selalu ada. “Tidak ada satu negara pun yang bisa menyediakan semua kebutuhan bahan baku obatnya sendiri,” kata Maura. Dalam struktur biaya, persentase bahan baku obat mencapai 35 persen. Sementara kemasan mencapai 15 persen, dan sisanya untuk ongkos produksi.

Sejumlah bahan baku obat yang telah mampu diproduksi Indonesia antara lain paracetamol; antibiotik turunan betalaktam (ampisilin, cloksasilin, benzilpenisilin potassium, dan sulbaktam); produk eksipien (amilum manihot, sorbitol, dekstrosa, dan talcum); bahan baku turunan kina; iodium; bahan baku obat herbal (fraksi bioaktif kayu manis dan banaba); beberapa fraksi bioaktif mahkota dewa; dan fraksi protein bioaktif Lumbricus rubellus.

AMIRULLAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jangan Ragu Minum Obat Generik, Kualitasnya Setara Obat Paten

4 Oktober 2023

ilustrasi obat (pixabay.com)
Jangan Ragu Minum Obat Generik, Kualitasnya Setara Obat Paten

Ragu minum obat generik karena menyangsikan kemanjurannya? Apoteker menyatakan obat generik memiliki kualitas setara obat paten.


Kenali Perbedaan Obat Generik dan Obat Paten

28 Juni 2023

Ilustrasi obat. TEMPO/Subekti
Kenali Perbedaan Obat Generik dan Obat Paten

Obat generik dan obat paten adalah dua jenis obat yang berbeda. Apa saja perbedaan tersebut?


Penjualan PT Phapros Kuartal I 2023 Rp 260 Miliar, Didorong Obat Resep dan Generik

29 April 2023

Logo Phapros.
Penjualan PT Phapros Kuartal I 2023 Rp 260 Miliar, Didorong Obat Resep dan Generik

PT Phapros mencatat penjualan sebesar Rp260,97 miliar pada kuartal I-2023.


Penyebab Obat untuk Pasien Covid-19 Langka: Panic Buying hingga Stok Terbatas

8 Juli 2021

Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden
Penyebab Obat untuk Pasien Covid-19 Langka: Panic Buying hingga Stok Terbatas

Kemenkes telah menerima keluhan di masyarakat terkait dengan semakin sulit mendapatkan obat-obatan bagi pasien Covid-19


Obat Generik Covid-19 Ivermectin, Antara Keampuhan dan Penolakan WHO

24 Januari 2021

Ivermectin. Kredit: Brazilian Report
Obat Generik Covid-19 Ivermectin, Antara Keampuhan dan Penolakan WHO

Organisasi Kesehatan Pan-Amerika, bagian regional dari WHO, mengatakan bahwa ivermectin tidak boleh digunakan untuk mengobati Covid-19.


Obat Generik Kurang Cespleng? Ini Fakta Sesungguhnya

30 September 2019

Pekerja melakukan pemisahan bahan obat di pabrik PT Indofarma (persero) Cibitung, Bekasi, Selasa (10/04). PT Indofarma akan melakukan investasi sebesar Rp 100 milliar untuk mengembangkan produksi generik dan herbal dan memenuhi kebutuhan bahan baku yang saat ini 90% masih Impor. TEMPO/Dasril Roszandi
Obat Generik Kurang Cespleng? Ini Fakta Sesungguhnya

Banyak orang yang menganggap obat generik kurang mujarab. Bagaimana fakta sebenarnya?


Ini Penyebab Harga Obat di Indonesia Lebih Mahal dari Negara Lain

21 Maret 2019

ilustrasi obat(pixabay.com)
Ini Penyebab Harga Obat di Indonesia Lebih Mahal dari Negara Lain

Harga obat di Indonesia cenderung lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain. Disebut termahal di Asia Tenggara.


Dokter Ungkap Penggunaan Antibiotik di Indonesia Terlalu Bebas

8 Juni 2017

sxc.hu
Dokter Ungkap Penggunaan Antibiotik di Indonesia Terlalu Bebas

Penggunaan antibiotik secara tidak bijak bahkan juga dilakukan oleh tenaga kesehatan.


Lebih Mahal, Vaksin Lebih Bagus? Ini Jawaban Bio Farma

21 Maret 2017

Ilustrasi. Dailymail.co.uk
Lebih Mahal, Vaksin Lebih Bagus? Ini Jawaban Bio Farma

Tidak sedikit yang memilih datang ke fasilitas kesehatan swasta dan membeli vaksin dengan harga mahal dibanding vaksin yang dianjurkan.


Badan POM Izinkan Versi Generik Obat Paten Rp 13 Juta/Butir

4 Juli 2016

Ilustrasi obat-obatan/vitamin/suplemen. REUTERS/Srdjan Zivulovic
Badan POM Izinkan Versi Generik Obat Paten Rp 13 Juta/Butir

Pasien Hepatitis C harus minum Sofosbuvir yang tingkat kesembuhannya 99%. Harganya Rp 13 juta per butir.