TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution meminta perbankan tak takut ditinggal nasabah kakap. Imbauan ini dikeluarkan menyusul langkah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menurunkan tingkat suku bunga penjaminan menjadi 5,5 persen pada 15 Maret mendatang.
Darmin mengatakan tak masalah jika setelah penurunan suku bunga deposito itu menyebabkan para deposan besar mengalihkan dananya dari simpanan di deposito ke investasi di surat berharga. "Tidak apa-apa, nanti setelah dia membelikan surat berharga, yang menjual surat berharga ke dia akan pegang uangnya. Memang mau dikemanakan uangnya sama dia?" kata Darmin. Menurut dia pemegang uang itu pada akhirnya pasti akan datang ke bank juga.
Nantinya bila dana Jamsostek atau BUMN lain sudah dibelikan surat berharga, pemilik surat berharga itu juga tidak akan menempatkan lagi dananya di deposito, melainkan di giro. "Malah lebih murah kan (untuk perbankan)?" ujarnya.
Darmin menyambut baik langkah LPS menurunkan tingkat bunga penjaminannya ke level 5,5 persen mulai 15 Maret mendatang. Melalui kebijakan tersebut BI berharap bunga deposito perbankan bisa ditekan, sehingga biaya dana lebih murah dan suku bunga dasar kredit bisa turun.
Darmin menilai ketetapan LPS sebagai langkah maju meski jika dibandingkan dengan negara lain tingkat bunga deposito di perbankan nasional tetap masih lebih mahal. Seharusnya, kata Darmin, tingkat bunga surat-surat berharga dan instrumen-instrumen lain lebih mahal dibanding deposito. "Bagaimana pun itu risikonya lebih tinggi, kalau deposito kan hampir-hampir tidak ada risikonya."
Darmin menegaskan tak perlu khawatir akan ada pelarian dana ke luar negeri akibat bunga deposito yang terus turun. "Kalau imbal hasil surat berharga lebih tinggi di sini, deposito lebih tinggi di sini, untuk apa dibawa keluar?"
Tentang LPS rate yang kini berada di bawah BI rate, Darmin menjelaskan hal tersebut menunjukkan adanya kesamaan pandangan antara LPS, Kementerian Keuangan, dan BI terkait dengan bunga pasar yang menjadi acuan LPS.
MARTHA THERTINA