TEMPO.CO, Balandi, Afghanistan — Seorang tentara Amerika Serikat menembaki penduduk desa di dekat markasnya di setelah Afghanistan, Minggu (11/3), dan menewaskan 16 warga sipil termasuk sembilan anak dan tiga perempuan.
Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, menyebutnya sebagai "pembunuhan" dan menuntut penjelasan dari Washington.
Pembunuhan ini memperparah krisis antara pihak militer AS dan mitra mereka di Afghanistan yang telah berlangsung sejak pembakaran kitab suci Al Quran sebulan silam.
Pembakaran Al Quran tersebut memicu sejumlah aksi kekerasan dan serangan selama beberapa pekan terakhir dan menewaskan sekitar 30 orang termasuk enam tentara AS tewas.
"Ini sebuah pembunuhan, sebuah pembunuhan disengaja terhadap warga sipil yang tak berdosa dan tak bisa dimaafkan," kata Karzai dalam pernyataannya. Ia mengatakan dirinya telah berulang kali menuntut tentara AS agar menghentikan pembunuhan terhadap warga sipil Afghanistan.
Presiden AS, Barack Obama, telah menelepon Karzai untuk mengungkapkan keterkejutan dan kesedihannya atas pembunuhan warga Afghanistan tersebut. Ia juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dari mereka yang tewas dan kepada rakyat Afghanistan.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh White House, Obama menyebut serangan tersebut sangat "tragis dan mengejutkan" dan tak mewakili "karakter istimewa yang dimiliki militer AS terhadap rakyat Afghanistan." Obama berjanji "untuk mengumpulkan semua fakta secepat mungkin dan menuntut sang pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya."
Penyerangan tersebut dimulai sekitar pukul 3 dini hari di dua desa di distrik Panjwai, sebuah daerah di pinggir kota Kandahar dan basis Taliban di mana angkatan bersenjata kelompok koalisi telah berjuang selama bertahun-tahun untuk meraih kekuasaan. Kedua desa tersebut, Balandi dan Alkozai, berjarak sekitar 500 meter dari markas tentara AS.
Pelaku mendatangi tiga rumah dan menembakkan senjatanya, kata seorang warga Alkozai, Abdul Baqi, mengutip keterangan para tetangganya.
"Saat kejadian yang terjadi di tengah malam itu, kami berada di dalam rumah masing-masing. Saya mendengar suara tembakan dan kemudian keheningan dan kemudian bunyi tembakan lagi," tutur Baqi.
Seorang warga desa mengatakan 11 dari korban yang tewas tertembak itu merupakan anggota keluarganya, banyak di antara mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Seorang fotografer AP melihat langsung 15 mayat di kedua desa yang mengalami penyerangan itu. Sebagian mayat telah dibakar sementara yang lainnya ditutupi oleh selimut.
Seorang pejabat AS di Washington mengatakan seorang staf berpangkat sersan diyakini melakukan penembakan tersebut seorang diri dan setelah aksinya itu ia dilaporkan kembali ke markasanya dan menyerahkan diri.
AP | A. RIJAL