TEMPO.CO, Surakarta – Bobot mobil diduga menjadi salah satu penyebab gagalnya mobil Esemka dalam uji emisi di Balai Termodinamika, Motor, dan Sistem Propulsi (BTMP) di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) beberapa waktu lalu. Wakil Wali Kota Surakarta, Hadi Rudyatmo, mengatakan berat Esemka memang jauh di atas berat standar untuk mobil jenis sport utility vehicle (SUV) yang memiliki kapasitas mesin 1.500 cc.
“Berat standar untuk mobil SUV yang kapasitas mesinnya 1.500 cc adalah 1,2 ton. Sedangkan saat ini berat Esemka mencapai 2,2 ton,” kata Hadi, Senin, 12 Maret 2012.
Dia mengatakan berat Esemka yang melebihi standar mempengaruhi emisi gas buang sehingga mobil itu gagal lolos uji emisi. “Praktis karena bebannya berat, maka tenaga yang dikeluarkan juga lebih besar. Akibatnya, emisinya di atas standar yang sudah ditentukan,” ujarnya.
Bobot Esemka saat ini sedang dikurangi menjadi sekitar 1 ton saja. Caranya, kata dia, dengan mengurangi ketebalan bodi Esemka. Dia mengatakan ketebalan bodi Esemka yang dibuat secara manual tersebut sekitar 1,2 milimeter. “Harusnya cukup 0,7-0,8 milimeter.”
Dia meyakini jika berat Esemka sudah sesuai standar, mobil itu akan mudah melewati uji emisi. Pengurangan bobot mobil dijadwalkan kelar dalam pekan ini.
Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK), Sulistyo Rabono, mengakui bobot Esemka memang terlalu berat. Hal ini terutama disebabkan bodi luarnya terlalu tebal, yaitu 1,2 milimeter. “Harusnya maksimal 0,8 milimeter.”
Dia mengatakan, dengan berat 2,2 ton, harusnya kapasitas mesin ditambah menjadi 2.700 cc. Tapi, menambah kapasitas mesin dinilai lebih rumit dibanding mengurangi beban kendaraan. “Sehingga kami memilih membenahi bodi,” tuturnya.
Sulistyo menambahkan pembenahan bodi akan dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah II Borobudur Magelang. Pengerjaan bodi diperkirakan butuh waktu sekitar empat pekan.
UKKY PRIMARTANTYO