TEMPO Interaktif, Jmbi - Keinginan banyak pihak untuk menjadikan kawasan Candi Muarojambi sebagai salah satu kawasan cagar budaya sepertinya akan menemukan hambatan. Sebab, Pemerintah Provinsi Jambi masih tetap ingin mempertahankan keberadaan beberapa perusahaan yang ada di dalam kawasan itu.
"Itu memang sudah menjadi kebijakan kita untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai lokasi cagar budaya dan dan bahkan kita juga sudah mengusulkan kepada UNESCO, agar Candi Muarojambi sebagai salah satu warisan dunia. Cuma menyangkut perusahaan yang sudah ada di tempat itu, akan kita pertahankan dan lokasinya di-enclave," kata Gubernur Jambi Hasan Basri Agus, kepada Tempo, Senin, 12 Maret 2012.
Gubernur mengakui, memang sejak beberapa tahun terakhir sudah berdiri beberapa perusahaan, seperti tempat penimbunan batu bara (stockpile), pabrik minyak goreng, penimbunan minyak mentah kelapa sawit (CPO) dan beberapa jenis usaha lainnya. "Untuk perusahaan itu tetap kita pertahankan, tapi harus memiliki izin, mulai dari melengkapi izin mendirikan bangunan, membuat master plan, serta harus dilengkapi izin analisa mengenai dampak lingkungan," ujarnya.
Sikap gubernur ini dipersoalkan komunitas warga yang peduli Candi Muarojambi. M. Husnul Abid, Direktur Svarnadvipa Institute, menyatakan, kebijakan gubernur yang tetap mempertahankan perusahaan-perusahaan itu, membuktikan bahwa pemerintah daerah ini tidak serius mendukung upaya pelestarian Muarojambi.
“Kita melihat pemerintah daerah kurang serius untuk ikut melestarikan kawasan percandian Muarojambi. Buktinya, sudah banyak perusahaan yang diberi izin di dalam kawasan, tidak dicabut. Bahkan kita juga menemui ada upaya pembukaan perusahaan baru di sana. Tentu saja dikhawatirkan dapat merusak kawasan percandian,” katanya.
“Kawasan ini perlu kita lestarikan, mengingat keberadaannya sejak abad 7 – 14 telah menjadi peradaban dunia, terbukti sejak dulu kawasan tersebut sudah dijadikan tempat belajar bagi masyarakat dari penjuru dunia, terutama dari warga China dan India. Ini membuktikan sejarah budaya cukup besar berada di daerah ini sejak zaman dulu,” ujarnya.
Svarnadvipa Institute dan sejumlah lembaga, seperti Dewan Kesenian Jambi, Sekolah Alam Muarajambi (Saramuja), Komunitas Seni Inner Jambi, Jambi Corps Grinder, Dwarapalamuja, Jambi Guitar Community, dan kelompok masyarakat peduli candi Muarojambi lainnya, telah membuat petisi untuk pelestarian Muarojambi. Setidaknya ada 4.100 tanda tangan warga yang meminta agar Muarojambi diselamatkan. Petisi sudah diserahkan kepada Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan pada 8 Maret lalu.
SYAIPUL BAKHORI