TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian memberikan dana Rp 500 ribu kepada setiap petani agar tak memotong sapi produktif. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, menjelaskan anggaran itu akan diberikan kepada setiap kelompok yang berisi 10-20 orang. Setiap kelompok ini memelihara sekitar 40 sapi betina.
“Uang yang diberikan kepada kelompok itu nantinya untuk biaya pakan,” kata Syukur saat ditemui di sela Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi Pertanian di gedung MPR/DPR, Jakarta, Rabu, 14 Maret 2012.
Tahun ini direktorat yang dipimpin Syukur mendapat alokasi dana sebesar Rp 2,2 triliun. Dari jumlah itu sekitar Rp 400 juta dialokasikan untuk program penyelamatan sapi betina produktif. Selain itu, hingga akhir Maret ini penyerapan anggaran di Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan harus mencapai 25 persen.
“Kontribusi paling besar dari penyerapan ini adalah fokus ke penyelamatan sapi betina produktif. Kami juga ada pemberian insentif kepada provinsi yang komitmen melakukan pemeliharaan sapi betina produktif,” katanya.
Prioritas Kementerian Pertanian dalam penyelamatan sapi betina produktif ini, lanjut Syukur, demi mencapai target swasembada daging pada 2014. Berdasarkan hasil sensus ternak yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, populasi sapi potong sebesar 14,8 juta ekor, sapi perah 600 ribu ekor, dan kerbau 1,3 juta ekor. Dengan demikian jumlah populasi ternak secara keseluruhan mencapai 16,7 juta ekor.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Syukur Iwantoro mengakui kebutuhan daging sapi 2012 bisa dipenuhi dari potensi pasokan sapi lokal sebanyak 3 juta ekor. Pemerinciannya, sapi potong 2,7 juta ekor, sapi perah 22 ribu ekor, dan kerbau 348 ribu ekor. “Target kenaikan populasi sapi diperkirakan 5,32 persen per tahun,” ujarnya.
Namun, untuk mencapai swasembada daging itu, pemerintah masih kesulitan mengatasi tingginya angka pemotongan sapi betina produktif, sehingga dikhawatirkan populasi sapi lokal tidak bisa memenuhi kebutuhan daging.
Tingginya angka pemotongan sapi betina produktif, kata Syukur, harga yang lebih murah dibanding sapi jantan. Perbedaan harganya bisa mencapai 20 persen dari sapi jantan. Jika sapi jantan lokal di tingkat peternak dijual seharga Rp 22 ribu per kilogram bobot hidup, harga sapi betina sekitar Rp 18 ribu per kilogram bobot hidup.
Alasan lainnya, kebanyakan pemotongan terjadi di Indonesia bagian timur yang akses jalannya sulit dijangkau. Alhasil peternak lebih memilih memotong sapi betinanya di tempat karena tidak mau menanggung biaya angkut. Tidak hanya itu, ketersediaan pakan sapi juga menjadi kendala terbesar untuk pemeliharaan sapi di daerah Indonesia timur.
ROSALINA