TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Humas Sekuriti dan Formalitas Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Manusia, Gde Pradnyana, menjelaskan masalah pemblokiran jalan akses menuju lapangan minyak Banyu Urip di Blok Cepu, Jawa Timur, sudah diselesaikan. Permasalahan ini selesai begitu dilakukan pertemuan dengan para pengusaha, yaitu kontraktor lokal dengan pemenang utama tender proyek Blok Cepu PT Tri Patra, perwakilan BP Migas, dan pemerintah daerah setempat.
“Demonstrasi selesai setelah dijelaskan permasalahannya. Bupati Bojonegoro sudah meminta 43 pemenang tender ini membagi-bagikan lagi kepada sisa perusahaan yang tidak dapat proyek,” kata Gde hari ini.
Dia menjelaskan unjuk rasa muncul setelah operator Mobil Cepu Limited (MCL) mengumumkan kontraktor pemenang tender proyek engineering, procurement, and construction (EPC). Perusahaan yang tidak lolos tender ini lalu meminta ikut dilibatkan dalam proyek Blok Cepu. Tri Patra sebagai kontraktor utama yang memenangkan tender akhirnya membagi proyek tersebut menjadi 43 paket pengerjaan yang diberikan kepada perusahaan setempat. Ada sekitar 200 perusahaan yang ingin mendapatkan paket itu.
“Memang persoalan di situ tidak semua bisa kebagian proyek. Meski Tri Patra sudah membaginya dalam paket, tetapi tetap saja masih ada sekitar 160-an perusahaan yang ribut karena tidak dapat,” ujarnya. Akhirnya, Bupati Bojonegoro memerintahkan kepada perusahaan yang mendapatkan proyek untuk bisa memberikan bagiannya lagi kepada sisa perusahaan.
Meski akses jalan sempat diblokir, Gde memastikan produksi lapangan minyak di Bayu Urip tidak mengalami gangguan. Sekarang blok tersebut masih memproduksi migas secara normal hingga 20 ribu barel per hari (bph).
“Awalnya kami mengkhawatirkan EPF (Early Production Fasicility) yang terganggu. Jika sampai ini terganggu, maka produksi bisa berhenti. Tapi alhamdulillah itu tidak terjadi sehingga produksi masih berjalan normal,” katanya.
Sebelumnya, Communication Advisor ExxonMobil Wigra Anggara Hanafiah mengonfirmasi kondisi di Bojonegoro belum berdampak signifikan. MCL merupakan anak perusahaan dari Exxon Mobil yang bertugas mengoperasikan fasilitas produksi awal (early production facility) di lapangan Banyu Urip.
Kontraktor hanya memblokir satu jalan akses, sedangkan operator menggunakan jalan alternatif lainnya. Pengunjuk rasa juga tak bertindak anarkis, misalnya merusak alat operasional produksi.
Lapangan Banyu Urip produksi awalnya 20 ribu bph. BP Migas kemudian mendorong ExxonMobil untuk meningkatkan produksinya lima ribu bph menjadi 25 ribu bph. Saat ini produksinya sudah meningkat menjadi 22 ribu bph.
ROSALINA