TEMPO.CO , Kuwait - Meski identitasnya dirahasiakan, latar belakang prajurit Amerika Serikat pelaku penembakan di Afganistan mulai terkuak. Pengacaranya, John Henry Browne, menyatakan ayah dua anak berusia 38 tahun yang berasal dari Joint Base Lewis-McChord di Washington ini dalam kondisi stress. Walau sempat dikabarkan rumah tangganya bermasalah, namun yang sebenarnya adalah dia enggan ditempatkan di garis depan.
"Dia sudah dua kali cedera di Irak dan dia enggan ditugaskan untuk keempat kalinya di garis depan," katanya.
Ia diketahui habis menenggak alkohol sebelum berjalan 500 meter dari markasnya di di provinsi Kandahar, Afganistan selatan, dan menembak mati 16 warga desa. Browne mengatakan tentara itu sangat marah karena seorang tentara di unit mereka terluka akibat bom.
Dia, kata Browne, pernah menderita trauma kepala dari sebuah bom pinggir jalan di Irak dan cedera lain di kakinya. Namun sang pengacara enggan mengkonfirmasi apakah prajurit berpangkat sersan itu memiliki masalah kesehatan mental.
Ia menyebut, problem rumah tangga sebagai pemicu tindakannya adalah "omong kosong". "Dia salah satu dari anak-anak kita, maka perlakukan dia secara wajar," ujarnya.
Prajurit itu, yang berasal dari Midwest, ditempatkan Desember lalu pada Stryker Brigade III. Mulai 1 Februari ia terlibat dalam operasi stabilitas desa.
Pengacaranya menggambarkan dia sebagai prajurit yang berdedikasi dan pernah dinominasikan untuk sebuah penghargaan Bronze Star. Dia hanya khawatir akan ditugaskan untuk keempat kalinya, dan sama sekali tidak memusuhi kaum Muslim.
Angkatan Darat telah menolak menyebutkan nama sersan itu. Dia diharapkan segera diterbangkan ke AS setelah proses diplomatik di Kuwait.
Istri sersan itu dan dua anaknya, berusia tiga dan empat tahun, dipindahkan dari rumah mereka ke Pangkalan Bersama Lewis McChord di Washington untuk mengantisipasi hal-hal tak diinginkan. Jika terbukti bersalah, tentara itu bisa menghadapi hukuman mati berdasarkan hukum militer AS.
TRIP B | TELEGRAPH