TEMPO Interaktif, Pamekasan - Dewan Pendidikan Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, meminta Dinas Pendidikan setempat serius mengentaskan jumlah warga buta aksara. "Kurang elok karena Pamekasan menyandang gelar Kota Pendidikan, tapi jumlah warga yang buta aksara meningkat," kata Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Pamekasan, Ahmat Zaini, Jumat, 16 Maret 2012.
Menurut Zaini, sebelum ditetapkan sebagai Kota Pendidikan oleh Menteri Pendidikan Nasional, M. Nuh tahun 2010 lalu, jumlah penyandang buta aksara telah berhasil ditekan. Tahun 2005 lalu sebanyak 88 ribu orang didiagnosis buta aksara. Angka tersebut turun pada 2006 menjadi 73 ribu. Bahkan pada 2009 jumlahnya berkurang lagi menjadi 43 ribu jiwa. Namun, pada 2010 justru naik menjadi 91 ribu jiwa.
Anggota Komisi Pendidikan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pamekasan, Taufikurrahman, juga menilai Dinas Pendidikan Pamekasan kurang serius menuntaskan masalah buta aksara. Hal itu bisa dilihat dari tidak adanya alokasi dana pemberantasan buta aksaara yang diajukan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2012. "Setiap kali kita bahas anggaran pendidikan, tidak pernah dibahas soal dana buta aksara," ujarnya.
Namun Kepala Seksi Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Pamekasan, Abdul Kholiq, menepis pihaknya tidak serius memberantas buta aksara.
Kholig mengakui pada 2010, jumlah buta aksara memang meningkat, tapi pada tahun 2011 berhasil dikurangi sebanyak 8.000 jiwa. "Tidak bisa instan karena butuh waktu,” ucapnya.
Kholiq memaparkan bahwa dari data Dinas Pendidikan Pamekasan menunjukkan bahwa mayoritas penyandang buta aksara adalah warga di pedesaan. Rata-rata usia mereka di atas 40 tahun. Sebanyak 70 persen di antaranya perempuan.
MUSTHOFA BISRI