TEMPO.CO, San Diego - Salah seorang pendiri lembaga yang membuat video dokumenter tentang Joseph Kony, panglima perang Afrika yang terkenal karena merekrut tentara anak-anak, ditahan oleh polisi. Seorang saksi mata menyatakan ia melihat Jason Russel berlari melintasi jalanan dengan hanya mengenakan pakaian dalam, berteriak, dan memukul-mukulkan tinjunya di trotoar.
Jason Russell dari Invisible Children sebelumnya diopname karena kelelahan, kurang dari dua minggu setelah rilis video 30 menitnya yang mengisahkan panglima perang Joseph Kony, menurut Ben Keesey, CEO kelompok itu. "Ia dirawat di rumah sakit kemarin karena menderita kelelahan, dehidrasi, dan kekurangan gizi," kata Keesey.
Baca Juga:
Kini, katanya, ia kembali dirawat. "Gairah Jason dan karyanya telah melakukan banyak hal untuk membantu begitu banyak orang. Dan kami hancur melihat dia berurusan dengan masalah kesehatan pribadi seperti sekarang," ujarnya.
Transkrip percakapan operator Kepolisian San Diego menunjukkan tetangga mulai memanggil polisi sekitar pukul 11.30, Kamis. Ia melaporkan ada seorang pria berlarian dengan hanya mengenakan celana dalam di kawasan Pacific Beach.
"Dia membenturkan tangannya di tanah, berteriak, dan dia terlihat kacau," begitu laporan dalam transkrip percakapan. "Orang-orang mencoba untuk menenangkannya. Lalu lintas menjadi terganggu karenanya."
Baca Juga:
Tanpa menyebut nama, Letnan Polisi Andra Brown membenarkan ada seorang pria 33 tahun ditahan dan dibawa ke rumah sakit untuk evaluasi medis. Dia tidak ditahan dan tidak ada dakwaan yang direncanakan.
Russell berasal dari San Diego dan meraih gelar untuk studi perfilman dari University of Southern California. Videonya yang diunggah ke YouTube telah ditonton 80 juta lebih netter. Dalam video itu, ia bertutur kepada Gavin, anaknya, tentang sepak terjang Kony dan pasukan Lord's Resistance Army (LRA) yang dipimpinnya.
Di luar kesuksesannya, video ini banyak menuai kritikan. Selain karena tak terjun langsung ke lapangan, video ini dianggap menyederhanakan konflik 26 tahun yang melibatkan LRA dan pemimpinnya, Kony, yang dicari oleh Pengadilan Pidana Internasional untuk kejahatan terhadap kemanusiaan. Soal akuntabilitas keuangan lembaga juga dipertanyakan.
Invisible Children mengakui video ini banyak kekurangan. Namun, kata mereka, video ini berhasil sebagai "titik masuk pertama" yang menempatkan konflik "dalam format yang mudah dimengerti".
TRIP B | AP