TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan nilai tukar rupiah diperkirakan masih berlanjut pada pekan ini. Pekan lalu, rupiah menguat tipis tiga poin (0,33 persen) ke level 9.133 per dolar AS. Upaya Bank Indonesia menjaga fluktuasi mata uang di pasar mampu menyelamatkan rupiah.
Sebelumnya, superioritas dolar AS terhadap mata uang utama dunia sempat menekan rupiah hingga di atas level 9.200 per dolar AS.
Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara 1906, Rully Nova, menjelaskan, pernyataan pemerintah AS untuk tetap mempertahankan suku bunga rendah memicu aksi ambil untung terhadap dolar AS. Sehingga rupiah pekan ini masih berpeluang melanjutkan kenaikan meskipun agak terbatas di kisaran 9.100-9.130 per dolar AS.
Indeks dolar AS, yang merupakan indikator pergerakan dolar terhadap mata uang utama dunia pada pekan lalu, turun 0,47 poin (0,59 persen) ke level 79,77. Sebelumnya, penguatan dolar terhadap euro dan yen memicu indeks dolar AS hingga ke 80,52. "Berkurangnya ancaman inflasi dan meredupnya harapan bank sentral untuk melanjutkan program pembelian obligasi mendapat respons negatif para pelaku pasar sehingga dolar melemah akhir pekan lalu," kata Rully.
Menguatnya bursa saham dan indeks saham turut memberikan dukungan bagi pergerakan mata uang lokal. "Namun masih adanya permasalahan di dalam negeri seperti rencana kenaikan harga bahan bakar minyak yang dapat memicu inflasi masih akan membayangi apresiasi rupiah."
PDAT | VIVA B. KUSNANDAR