TEMPO.CO, Surakarta - Tim Pengendali Inflasi Daerah Surakarta mulai menyiapkan langkah untuk meredam gejolak inflasi di Surakarta, terutama jika harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jadi naik per 1 April 2012.
Sekretaris tim pengarah, Doni Joewono, mengatakan ada 5 program kerja utama yang akan digarap. Kelima program itu meliputi pengawasan pasokan, pemetaan distribusi dan struktur pasar, pembentukan ekspektasi positif di masyarakat, survei dan riset, serta peningkatan koordinasi antarinstansi terkait.
“Salah satu hal yang utama adalah memastikan pasokan bahan makanan lancar dan menjaga ketersediaan pangan,” ujar Doni, Selasa, 20 Maret 2012. Menurut dia bahan makanan masih menjadi faktor utama yang akan mempengaruhi inflasi.
Terlebih kenaikan harga BBM bersubsidi diyakini mendorong inflasi meningkat. Untuk menjaga ekspektasi masyarakat, dia menyarankan perlunya membuat informasi harga yang terus diperbarui.
Informasi tersebut bisa melalui media massa, papan pengumuman, atau website. “Informasi yang menampilkan harga terkini penting dilakukan, sehingga bisa mengendalikan harga,” katanya.
Dia mengatakan selama ini harga-harga bergerak naik karena besarnya ekspektasi masyarakat bahwa harga akan naik. Kemudian masyarakat melakukan aksi borong komoditas, yang akhirnya benar-benar menaikkan harga. Padahal jika masyarakat bersikap tenang, dia yakin harga tetap stabil.
Yang tidak kalah penting adalah waktu penyaluran beras untuk masyarakat miskin (raskin) harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Di saat harga beras mulai naik, pada waktu itu raskin mulai dibagikan. “Salah satu fungsi raskin untuk meredam gejolak inflasi,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Surakarta Asih Widodo mengatakan untuk meredam inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi pihaknya akan menyalurkan raskin menjelang dan setelah kenaikan. “Ini sebagai antisipasi melambungnya harga barang kebutuhan pokok,” katanya.
Selain itu, ada kemungkinan menyalurkan raskin dua kali pada April mendatang, sehingga cepat menstabilkan harga beras di pasaran. Dia memastikan harga tebus raskin tidak akan naik meski BBM bersubsidi naik, yaitu tetap Rp 1.600 per kilogram.
Penerima raskin di Surakarta sebanyak 21.954 rumah tangga sasaran. Tiap keluarga akan mendapat 15 kilogram beras per bulan.
UKKY PRIMARTANTYO