TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, memastikan pasokan beras bulan ini berlimpah. Beberapa daerah, terutama di Jawa, sedang panen raya. "Beras surplus," kata dia di Jakarta, Kamis, 22 Maret 2012.
Menurut Sutarto, suplai yang melimpah inilah yang mendorong penurunan harga pada bulan ini, dibandingkan bulan Februari lalu. Harga rata-rata beras di Pulau Jawa turun 1,53 persen, dari Rp 8.142 menjadi Rp 8.017 per kilogram. Penurunan tertinggi terjadi di Semarang. Beras kelas menengah jenis IR-64 yang semula Rp 8.291 turun 2,89 persen menjadi Rp 8.052 per kilogram.
Sebaliknya, kenaikan harga terjadi di beberapa daerah di Jawa. Rata-rata harga beras meningkat 0,23 persen dibandingkan bulan kemarin, dari Rp 8.133 menjadi Rp 8.152 per kilogram. Peningkatan tertinggi terjadi di Pontianak, naik 3,94 persen dari Rp 8.800 menjadi Rp 9.147 per kilogram.
Sutarto menepis dugaan bahwa peningkatan harga itu terkait dengan rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak 1 April nanti. Ia mengatakan harga terkerek karena beras di daerah tersebut defisit. "Produksi lokal tidak mencukupi," kata dia. Toh Bulog tidak bisa serta-merta turun tangan mengatasi kenaikan harga. Pemerintah daerah akan menilai, apakah kenaikan harga signifikan. "Kalau iya, pemda akan meminta Bulog melakukan operasi pasar."
Sutarto berharap saat kenaikan harga BBM nanti tak terjadi gejolak harga beras. Apalagi harga pembelian pemerintah (HPP) sudah cukup tinggi, di mana beras di Indonesia tergolong mahal, melebihi harga beras dunia. "Harga kita cukup baik," ujarnya.
NUR ALFIYAH