TEMPO.CO, Jakarta- Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Ari Dwipayana, melihat Partai Demokrat belum tentu memenangi opsi kenaikan harga bahan bakar minyak jika dilakukan voting dalam rapat paripurna tanggal 28 Maret 2012. "Selama proses menuju ke sana masih berjalan pasti akan ada opsi lain selama jalannya sidang," kata Ari saat dihubungi pada Jumat, 23 Maret 2012.
Menurutnya sinyalemen akan hal tersebut semakin kuat ketika Partai Keadilan Sejahtera mengirimi SBY surat penolakan kenaikan harga BBM juga opsi lain selain kenaikan. Ia mengasumsikan bahwa kepentingan partai, meskipun tergabung dalam koalisi, juga akan mempengaruhi jalannya sidang.
"Setiap partai akan selalu merebut hati masyarakat, sehingga ada tarik ulur kepentingan di dalamnya," katanya. Dualisme sikap antara citra di dalam masyarakat dan kontrak politik dengan partai penguasa inilah yang paling berpengaruh dalam jalannya sidang.
Menurut Ari kesempatan menang Demokrat terbuka jika memang sidang menghendaki tidak ada opsi selain naik atau tidak. "Jika yang tersedia hanya kedua opsi ini, maka partai koalisi sudah cukup kuat meski minus PKS," katanya. Tapi Ari menegaskan bahwa kemungkinan hanya ada dua opsi ini sangatlah kecil.
Wacana kenaikan BBM menurut dia adalah isu "seksi" bagi para partai politik dalam mencari dukungan, sehingga mereka pun akan berhati-hati dalam mengambil keputusan. “Kuncinya adalah bagaimana mereka akan memainkan citra di dalam masyarakat," katanya. Jadi mereka akan mengusulkan opsi-opsi tambahan yang bisa mengamankan posisi mereka baik di dalam pemerintahan ataupun di mata masyarakat.
SYAILENDRA