TEMPO.CO, Probolinggo - Wakil Manajer PO AKAS III Bidang Sumber Daya Manusia Gatot Sugianto menyatakan perusahaannya membeli bahan bakar solar dalam jumlah besar sesuai kebutuhan operasional bus itu. Dari situ, dirinya mengusulkan memodifikasi bus dengan alasan efisiensi tanpa harus bolak-balik ke SPBU.
Bahan bakar tersebut bisa dibeli di Probolinggo sehingga kru tak perlu membeli di SPBU lagi. Gatot menjelaskan, dalam sehari, perusahaannya menghabiskan lebih kurang 10 ribu liter solar untuk mengoperasikan 50 bus. Setiap bus memerlukan 250 liter solar. Bus tersebut beroperasi antara Jember dan Surabaya pulang-pergi.
Gatot menegaskan tak logis apabila perusahaan berkeliling mencari BBM solar ke SPBU untuk dijual lagi ke industri. "Tidak menguntungkan," katanya, Sabtu, 24 Maret 2012 sore. Alasannya, modifikasi hanya dilakukan terhadap dua bus.
Manajemen AKAS III membantah menimbun bahan bakar minyak dengan cara memodifikasi dua bus hingga mampu menampung solar dalam jumlah besar. Gatot mengatakan sedianya dua bus itu dipersiapkan untuk bus paket yang akan mulai beroperasi tiga atau empat bulan mendatang. Bus, kata dia, tak dimodifikasi di karoseri. "Kami modifikasi sendiri di bengkel."
Pembelian solar dengan bus itu untuk kebutuhan perusahaan. "Kalau kru yang ditangkap ngomong dijual ke industri, perlu ditanyakan ke industri mana BBM itu dijual," kata Gatot. "Kami tidak ada order ke industri dan tidak ada niat."
Bus paket dengan nomor polisi N 7257 UR milik Perusahaan Otobus (PO) AKAS III mengisi BBM di SPBU Al Miftah di Desa Yosorati, Kecamatan Sumberbaru, Kabupaten Jember, 19 Maret 2012 lalu. AKAS III adalah perusahaan bus yang bermarkas di Probolinggo, Jawa Timur.
Semula petugas SPBU tak curiga kala mengisi solar Rp 500 ribu. Kecurigaan mulai muncul saat sopir bus minta tambah dan baru "penuh" setelah diisi solar 1.887 liter atau senilai Rp 8,450 juta, atau lebih dari tiga kali lipat kapasitas tangki bus umumnya. Petugas SPBU lantas lapor polisi. Bus itu sudah di pintu keluar SPBU saat mobil patroli polisi datang.
Bus, bersama empat awaknya, Farid Hardianto, 46 tahun, dan kawan-kawan, lantas ditahan polisi. Dari keterangan Farid dkk, polisi menduga bos PO AKAS III berinisial RY sebagai otak penimbunan BBM. "Tim Satuan Reserse dan Kriminal sedang berusaha mengejar pelaku," kata Kepala Polres Jember, Ajun Komisaris Besar Jayadi. Gatot menyatakan penangkapan empat kru itu sebagai musibah.
DAVID PRIYASIDHARTA
Berita Terkait
Jawaban AKAS III Soal Tuduhan Timbun BBM
Begini Cara Bus Akas Menimbun BBM
Demokrat Bisa Kalah Voting Kenaikan Harga BBM
Burhanuddin: Ancaman Depak PKS Baru dari Elite Demokrat
TNI Jaga Demo BBM, Presiden Dianggap 'Lebay'