TEMPO.CO, Jakarta - PT Kimia Farma (Persero) Tbk menggandeng PT Tigaka Distrindo Perkasa dan perusahaan BUMN asal Cina, Tianjin Pharmaceutical Group Co Ltd, dalam pembangunan pabrik injeksi senilai Rp 250 miliar.
Direktur Utama KAEF M. Syamsul Arifin mengatakan kerja sama ini bertujuan untuk pengembangan bisnis baru perseroan. Pabrik ini akan memproduksi obat kortikosteroid dalam bentuk injeksi dan produk-produk hospital solution.
"Perusahaan patungan ini merupakan bentuk sinergi bagi ketiga perusahaan untuk pengembangan obat-obat kortikosteroid dalam bentuk produk steril/injeksi," ujarnya di Jakarta, Senin, 26 Maret 2012.
Untuk tahun pertama, pabrik ini akan memproduksi 30 juta ampul per tahun. Sementara itu, kebutuhan Indonesia mencapai 20-25 juta per tahun. Sedangkan untuk infus direncanakan diproduksi 8 juta per tahun, dengan kapasitas terpasang pabrik ini untuk ampul dipatok hingga 300 juta dosis.
Ia mengatakan kerja sama ini merupakan wujud kerja sama government to government antara Indonesia dan Cina yang digalang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu. "Diharapkan lebih banyak lagi perusahaan kita yang melakukan kerja sama dengan perusahaan asal Cina," kata dia.
Dalam kerja sama ini, komposisi saham perusahaan Indonesia 54 persen (KAEF 50 persen dan TDP 4 persen), sedangkan Tianjin memiliki 46 persen saham.
Menurut CEO TDP Sugiyanto, untuk pendanaan, sekitar 40 persen dari perbankan dan 40 persen dana sendiri. “Kami masih mencari banknya, apakah bank nasional atau perbankan dari Cina,” kata Sugiyanto.
Pembangunan pabrik ini akan berlokasi di Cikarang dengan luas 3 hektare. Pembangunannya akan dimulai pada awal 2013 dan diharapkan selesai dalam jangka waktu satu tahun. "Kapasitas produksi per tahunnya adalah 30 juta ampul dan 10 juta vial," kata Sugiyanto.
Sementara itu, perwakilan dari Tianjin, Mr Lu Yan Chang, mengatakan lembaganya memilih berinvestasi di Indonesia karena selama ini bisnis dengan Indonesia merupakan yang paling kuat di antara negara-negara di Asia Tenggara. "Selain itu, kebijakan pemerintah Indonesia untuk bisnis farmasi sangat kondusif," ucapnya.
JAYADI SUPRIADIN