TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo meminta masyarakat mulai mengurangi konsumsi bahan bakar minyak. Sebab, konsumsi yang tinggi menyebabkan negara defisit hingga 150 juta barel per tahun.
Ia menjelaskan, berdasar data Kementerian Energi, Indonesia memproduksi minyak sebesar 329 juta barel pada 2011 lalu. Dari produksi tersebut sebanyak 132 juta barel minyak diekspor ke luar negeri. Tetapi, Indonesia juga mengimpor berupa minyak mentah sebanyak 99 juta barel dan BBM 182 juta barel.
"Sementara konsumsinya mencapai 479 juta barel, sehingga terdapat defisit sebesar 150 juta barel," ujar Widjajono , hari ini.
Saat ini, cadangan terbukti minyak dalam negeri hanya 3,7 miliar barel atau 0,3 persen dari cadangan terbukti dunia. "Sebagai negara net importer minyak, tidak bijaksana apabila mengikuti harga BBM murah di negara-negara yang cadangan minyaknya melimpah."
Harga BBM murah, kata dia, hanya diterapkan di negara-negara yang cadangan dan produksi minyaknya melimpah seperti Arab Saudi, Irak, Libya dan Venezuela. Harga bensin di Iran yang memiliki cadangan minyak sebanyak 138 miliar bahkan berada di angka US$ 0,67 sen per liter. Lebih mahal ketimbang harga bensin di Indonesia yang berada di kisaran US$ 0,59 sen per liter.
Pemerintah kerap dituding sebagai neolib dengan rencana kebijakan menaikkan harga BBM. Padahal, kebijakan menaikkan harga minyak saat ini bahkan diterapkan oleh negara-negara sosialis dan anti neoliberal. "Negara-negara Amerika Latin yang anti neolib seperti Brasil, Argentina dan Cile bahkan BBM-nya tidak disubsidi."
Ia memaparkan dengan melepaskan subsidi BBM-nya, negara-negara tersebut dapat memajukan industri nasionalnya dan mengoptimalkan energi alternatif mereka. "Brasil bahkan sudah menguasi teknologi migas lepas pantai dan cadangan serta produksi minyaknya meningkat pesat."
Contoh lainnya adalah India, Pakistan, Cina dan Vietnam. Di negara tersebut tidak ada subsidi BBM. Subsidi diberikan lebih tepat sasaran dengan mengalokasikan dana untuk di sektor transportasi umum
Menurut ia, harga BBM yang kian melambung tinggi menyebabkan terkurasnya dana pemerintah untuk subsidi. "Ketergantungan kita kepada BBM makin lama makin besar membuat makin sulitnya energi lain berkembang."
GUSTIDHA BUDIARTIE