TEMPO.CO , Washington - Amerika Serikat membenarkan bahwa negaranya telah menunda pengiriman bantuan makanan ke Korea Utara.
Keputusan tersebut diambil sehubungan dengan pengumuman Pyongyang akan meluncurkan roket baru bulan depan. Hal ini menurut Amerika Serikat mencederai kesepakatan yang dicapai bulan lalu.
Kabar mengenai penundaan bantuan itu disampaikan oleh pejabat Pentagon, Peter Lavoy, di depan anggota DPR Amerika Serikat, Rabu, 28 Maret 2012. Menurut Lavoy, Korea Utara telah melanggar janji yang semula bersedia melakukan moratorium uji coba roket peluru kendali, tapi faktanya ada peristiwa yang sulit dipercaya.
Februari lalu Korea Utara setuju menghentikan sementara uji coba peluru kendali bertenaga nuklir terkait dengan rencana bantuan makanan Amerika Serikat untuk rakyat Korea.
Lavoy yang juga menjabat sebagai Asisten Menteri Pertahanan untuk urusan Asia dan Pasifik mengatakan, "Peluncuran roket (oleh Korea Utara) tersebut merefleksikan adanya pelangaran komitmen terhadap masyarakat internasional. Oleh sebab itu, kami rasa perlu menunda pengiriman bantuan makanan."
Korea Utara mengaku akan meluncurkan satelit ke ruang angkasa--dijadwalkan pada 12-16 April--untuk tujuan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun Amerika Serikat dan sejumlah negara tetangga Korea Utara sama sekali tidak percaya dengan keterangan Pyongyang.
Negara-negara ini sangat yakin bahwa Korea Utara bakal melakuan uji coba misil bertenaga nuklir. Hal ini jelas mereka anggap sebagai bentuk pelanggaran kesepakatan.
Sejak 2009 Amerika Serikat menghentikan bantuan makanan ke Korea Utara. Tetapi bulan lalu sepakat akan melanjutkan mengirimkan bantuan setelah bertemu dengan sejumlah pejabat negara sekutu Cina itu dengan catatan Korea Utara menghentikan sementara uji coba nuklir. Jika bantuan tersebut terlaksana, Korea Utara bakal digelontor 240 ribu ton makanan bergizi untuk anak-anak dan perempuan hamil.
BBC | CHOIRUL